Setidaknya itulah kesimpulan yang bisa diambil dari turnamen Thailand Open yang menandai bergulirnya kembali sirkuit internasional bulu tangkis setelah berbulan-bulan vakum akibat pandemi virus corona.
Tidak tanggung-tanggung, tiga turnamen langsung digelar berurutan di arena yang sama, Impack Arena Bangkok. Ketiganya adalah Yonex Thailand Open, Toyota Thailand Open, dan BWF World Tour Final.
Ketiganya adalah turnamen tahun lalu yang tertunda akibat pandemi COVID-19.
Turnamen pertama sudah berjalan dengan baik pekan lalu, sedangkan turnamen kedua masih berlangsung. Adapun turnamen ketiga akan digelar pekan berikutnya.
Sejauh ini panitia terhitung berhasil menjaga peserta turnamen, khususnya para atlet yang bertanding, dari tertular penyakit COVID-19. Meskipun pada turnamen pertama tercatat ada beberapa peserta, baik pemain maupun dari tim pendukung yang hasil tesnya kedapatan positif, namun semua tertangani dengan baik.
Pada turnamen kedua yang sekarang tengah berlangsung, Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) mengumumkan bahwa pemain asal India Sai Praneeth dinyatakan positif COVID-19. Untuk itu dia ditarik dari turnamen tersebut dan harus menjalani pemeriksaan lebih lanjut serta tinggal di rumah sakit sedikitnya selama sepuluh hari.
Sesuai dengan protokol BWF, rekan sekamar Praneeth, Srikanth Kidambi, juga harus mengundurkan diri dari turnamen dan mesti menjalani karantina ketat sekalipun hasil tesnya negatif.
Lalu apa saja yang dilakukan panitia dalam menjaga para peserta turnamen tidak tertular virus corona baru yang sangat menular itu?
Tak lain dan tak bukan adalah protokol kesehatan harus ditaati dan dijalankan secara ketat sejak para pemain tiba di Bangkok.
Untuk mengikuti turnamen yang dimulai 12 Januari itu para atlet harus tiba sepekan sebelumnya guna menjalani karantina. Namun, setelah masa karantina berakhir, tidak berarti mereka bisa bebas berkeliaran.
Mereka harus tetap tinggal di kamar masing-masing. Tidak boleh keluar kamar, kecuali untuk menjalani latihan yang waktunya sudah ditentukan atau ketika harus bertanding.
Mereka makan di kamar masing-masing dengan makanan yang diantar petugas hingga depan pintu kamar. Setelah makan, sisa makanan sekaligus peralatannya harus dibungkus dengan plastik yang telah disediakan dan diletakkan kembali di depan pintu kamar.
Untuk berlatih di lapangan yang sudah disediakan, tim berikutnya memasuki lapangan yang sudah ditinggalkan oleh tim sebelumnya dengan keadaan sudah dibersihkan dan sudah disterilkan.
Intinya, penyelenggara benar-benar menghindarkan kontak atau interaksi antarpersonal yang tidak perlu.
Bahkan para atlet masih mengenakan masker sampai masuk lapangan menjelang pertandingan. Masker baru dilepas ketika pengundian sisi lapangan selesai, dan saat pertandingan akan dimulai. Sepanjang pertandingan, pelatih dan ofisial pertandingan, kecuali wasit, tetap mengenakan masker.
Tidak ada jabat tangan ketika bertanding, apalagi berpelukan. Bahkan pengalungan medali bagi juara Thailand Open yang pertama pekan lalu pun dikerjakan sendiri oleh atlet yang berstatus juara itu, seperti dilakukan oleh pasangan Greysia Polii/Apriyani Rahayu yang menjuarai nomor ganda putri.
Tes PCR juga dilakukan rutin dalam turnamen ini sehingga siapa pun yang tertular COVID-19 segera dapat diketahui dan ditangani sesuai prosedur.
Baca juga: IDI paparkan tiga aspek cegah penularan penyakit saat pandemi
Yang dilakukan pelatnas
Tidak jauh berbeda dari penyelanggara turnamen itu, PBSI pun mempunyai dan menerapkan protokol yang ketat untuk menjaga atlet-atletnya dari paparan COVID-19.
Sejak pandemi virus corona merebak di Tanah Air hampir setahun lalu, asrama pelatnas sekaligus berlaku juga sebagai lokasi karantina bagi para atlet.
Artinya, para atlet yang menghuni Pelatnas Cipayung tidak bisa bebas keluar masuk. Begitu pula tamu dari luar dilarang memasuki area latihan dan asrama.
"Kunjungan dari luar hanya bisa di ruang parkir atas," kata Kepala Bagian Humas dan Media PP PBSI Broto Happy.
Untuk atlet yang sudah berkeluarga dan tinggal di luar asrama seperti Hendra Setiawan dan Mohammad Ahsan, harus melalui pemeriksaan suhu tubuh dan melewati bilik disinfektan terlebih dahulu sebelum mengikuti latihan rutin.
Jika mereka datang ke lokasi latihan sehabis liburan bersama keluarga, maka para atlet harus menunjukkan hasil tes usap negatif sebelum bisa bergabung kembali ke pelatnas.
Demi pelatnas yang bebas virus corona, PBSI juga telah menggelar tes usap kepada 213 penghuni Pelatnas Cipayung yang terdiri dari atlet, pelatih, dan tim pendukung, termasuk satpam, untuk memastikan agar tidak ada seorang pun yang tertular dan menularkan COVID-19.
Mereka juga harus menjaga jarak baik saat latihan, salat berjamaah di masjid maupun saat makan di ruang makan, serta selalu memakai masker.
Bahkan demi menjaga keamanan dan menghindari kerumunan dengan orang asing, PBSI menyewa pesawat untuk memberangkatkan rombongan ke Thailand guna mengikuti tiga kejuaraan tersebut.
Intinya, memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, dan menjaga kebersihan sekitar dengan disinfektan masih menjadi cara paling efektif dalam menghindarkan siapa pun, termasuk atlet, dari paparan COVID-19.
Dan, kendati atlet adalah salah satu yang diprioritaskan mendapatkan vaksin COVID-19 seperti yang diusulkan oleh Kemenpora, bukan berarti mereka otomatis terbebas dari kemungkinan terkena penyakit sangat menular tersebut.
Ketua Tim Riset Uji Klinis Vaksin COVID-19 dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung, Prof Kusnadi Rusmil, menyatakan menerapkan secara protokol kesehatan dengan selalu memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan tetap wajib dilakukan sekalipun vaksin COVID-19 sudah disuntikkan kepada siapa pun yang menerimanya, termasuk atlet-atlet bulu tangkis itu.
Baca juga: Vaksinasi COVID-19, Presiden, dan Jerinx-Tjiptaning
Pewarta: Fitri Supratiwi
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2021