"Talenta siap dunia digital dibutuhkan untuk mendukung potensi ekonomi digital Indonesia yang terus tumbuh. Mendukung pengembangan kemampuan dan keahlian (skill) mereka merupakan upaya penting untuk mewujudkan potensi ekonomi digital Indonesia," kata Prof. Nizam dalam jumpa pers virtual, Selasa.
Dalam jumpa pers tersebut, turut disampaikan penelitian terbaru dari Sea dan World Economic Forum berjudul "ASEAN Youth and the Future of Work", yang menemukan bahwa anak muda di ASEAN paham teknologi akan mendisrupsi dunia kerja.
Baca juga: Sea Scholarship kembali hadir, dorong talenta digital Indonesia
Sebanyak 57,9 persen anak muda Indonesia percaya bahwa kemampuan dan keahlian mereka harus ditingkatkan supaya bisa menghadapi disrupsi tersebut. Penelitian yang sama juga menemukan bahwa mayoritas anak muda (81,4 persen) memandang magang sama penting bahkan lebih penting daripada pelatihan di sekolah.
Prof. Nizam menambahkan, persiapan talenta digital di Indonesia melalui lingkungan akademis seperti perguruan tinggi perlu dilakukan secara merata.
Terlebih, Sensus Penduduk 2020 yang dilakukan BPS pada Februari-September 2020, menunjukkan jumlah generasi Z mencapai 75,49 juta jiwa atau setara dengan 27,94 persen dari total populasi berjumlah 270,2 juta jiwa. Sementara, generasi milenial mencapai 69,90 juta jiwa atau 25,87 persen.
"Saat ini ada sekitar delapan juta mahasiswa di Indonesia. Di kampus-kampus kecil, kita bisa menemukan mutiara yang belum terasah. Ini perlu diperluas, bagaimana menemukan talenta terbaik dari kampus-kampus kita," kata Nizam.
Ia menambahkan, saat ini kementeriannya juga sudah menyiapkan platform untuk mempertemukan kampus dan dunia industri, yang diharapkan bisa mengakselerasi talenta terbaik untuk terus mengasah dan mengembangkan potensinya sebelum terjun di dunia kerja.
Kemendikbud sendiri telah berupaya mendorong pengembangan talenta digital lewat beberapa kolaborasi dengan perusahaan teknologi seperti Google, Huawei, NVIDIA, dan lainnya.
Nizam berharap, talenta digital muda di Indonesia dapat terus berkarya bagi bangsa dan negara, terutama di masa depan. Ia mengaku optimistis, mengingat Indonesia memiliki perusahaan rintisan (start-up) di bidang teknologi yang sudah menyandang gelar Unicorn hingga Decacorn di wilayah Asia Tenggara.
"Di ASEAN, banyak start-up yang lahir berbasis digital, dan banyak di antaranya yang Unicorn hingga Decacorn berasal dari Indonesia. Ini dahsyat dan basisnya adalah digital technology dengan conventional business, mengawinkan digital dan bisnis, dan revolusi bisnis 4.0 adalah revolusi digital di semua bidang," pungkasnya.
Baca juga: START Summit Extension: Women in Tech dorong talenta digital wanita
Baca juga: Talenta digital Indonesia perlu dihadirkan dan diasah
Baca juga: Indonesia butuh banyak talenta digital
Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2021