Konsorsium Riset dan Inovasi COVID-19 Kementerian Riset dan Teknologi pada tahun ini mengembangkan alat pengukur kadar antibodi dari seseorang yang telah mengikuti vaksinasi COVID-19.penting untuk mengetahui apakah setelah diberikan vaksin, antibodi muncul, dan apakah setelah enam bulan atau satu tahun divaksin antibodi masih ada.
"Untuk vaksinasi rencananya kami akan mendukung program vaksinasi melalui upaya atau menghasilkan kit untuk mengukur kadar antibodi baik sebelum maupun sesudah divaksin," kata Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/ Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang PS Brodjonegoro dalam Rapat Koordinasi Riset dan Inovasi Nasional 2021, Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Rabu.
Menristek Bambang mengatakan penting untuk mengetahui apakah setelah diberikan vaksin, antibodi muncul, dan apakah setelah enam bulan atau satu tahun divaksin antibodi masih
Jika didapati antibodi sudah tidak ada lagi setelah periode tertentu setelah diberi vaksin, maka itu berarti perlu melakukan vaksinasi ulang sehingga menjaga keberlanjutan terbentuknya antibodi melawan COVID-19.
"Kalau tidak ada (antibodi) tentunya harus ada revaksinasi atau booster yang dibutuhkan dan itu hanya bisa ketahuan istilahnya kalau kita mengembangkan test kit-nya itu dan itu yang sedang dikembangkan di lingkungan Kemristek/BRIN," ujarnya.
Pengembangan alat pengukur kadar antibodi tersebut dilakukan oleh Lembaga Biologi Molekuler Eijkman dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
Alat pengukur kadar antibodi itu dinilai penting untuk mendukung program vaksinasi dan penanganan COVID-19.
Baca juga: Abbott datangkan alat tes identifikasi untuk antibodi COVID-19
Baca juga: Antibodi Sputnik V 1,5 x lebih tinggi daripada pasien sembuh COVID-19
Baca juga: Kemristek upayakan kemandirian Indonesia sediakan vaksin COVID-19
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2021