melakukan mitigasi bencana di musim hujan yang saat ini intensitasnya semakin tinggi.
Mitigasi tersebut dilakukan oleh berbagai dinas untuk mempersiapkan diri menghadapi bencana banjir. Apalagi wilayah DKI Jakarta dialiri 13 sungai dari hulu dan sebagian besar daratan utara berada di bawah muka air laut.
Selain itu, Jakarta juga mengalami penurunan tanah per tahun (land subsidence) dan perubahan tata guna lahan dengan populasi yang bertambah, pembangunan yang pesat dan "run off" yang meningkat sehingga daerah resapan semakin berkurang.
Kesiapan
Pemprov DKI Jakarta melalui Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI Jakarta melakukan sejumlah langkah antisipatif terjadinya bencana saat musim hujan ini.
Sekretaris Dinas SDA DKI Jakarta Dudi Gardesi saat Media Briefing Siaga Banjir Jakarta di Balai Kota Jakarta pada Kamis memaparkan, setidaknya ada lima upaya yang telah dilakukan oleh jajarannya. Yakni gerebek lumpur, pengelolaan air hujan (drainase vertikal), pemeliharaan pompa, penanganan banjir rob melalui NCICD dan pengelolaan sistem polder.
Gerebek lumpur itu berbentuk pengerukan/pengurasan, bertujuan meningkatkan kapasitas saluran, kali/sungai, dan waduk sehingga pada musim hujan daya tampungnya bisa maksimal.
Pada tahun 2020, untuk waduk, jumlah yang sudah dikeruk sebanyak 23 waduk, dengan volume pengerukan 446.402,9 meter kubik.
Lalu untuk pengerukan kali, total sebanyak 93 lokasi, dengan volume pengerukan 279.967,5 meter kubik. Sementara itu, saluran penghubung yang sudah dikeruk sebanyak 390 saluran, dengan volume pengerukan 121.002,6 meter kubik (m3).
Itu baru untuk tahun 2020. Pada tahun sebelumnya juga sudah dilakukan pengerukan di lokasi lainnya.
Baca juga: Pemprov DKI Jakarta imbau warga waspadai cuaca ekstrem Pembangunan drainase vertikal juga dilakukan oleh Dinas SDA DKI Jakarta bekerjasama dengan unsur-unsur terkait di wilayah dan melibatkan masyarakat. Hingga 31 Desember 2020, telah tersedia 2.974 titik drainase vertikal di 777 lokasi, seperti di RPTRA, gedung pemda, sekolah, taman kota dan masjid.
Selain itu, untuk penanganan banjir rob melalui NCICD, Dinas SDA DKI Jakarta telah menentukan lokasi prioritas pembangunan tanggul pantai, yaitu Kamal Muara, Kali Blencong, Kali Adem-Muara Angke, Pantai Muara, Sunda Kelapa dan Tanjung Priok.
Saat ini telah terbangun sepanjang 12,6 kilometer (km) tanggul pantai dan akan terus dilanjutkan pembangunannya. Sementara itu, untuk pembangunan/rehabilitasi sistem polder pada 2021-2022.
Lokasinya antara lain:
- Kelapa Gading, Jakarta Utara : Pompa Kali Betik dan Pompa Artha Gading
- Pulo Gadung, Jakarta Timur: Pompa Pulomas
- Cakung-Cilincing, Jakarta Timur : Pompa Marunda
- Makassar, Jakarta Timur : Pompa Tipala
- Cipayung, Jakarta Timur : Pompa Adhyaksa
- Penjaringan, Jakarta Utara : Pompa Muara Angke dan Pompa Teluk Gong
- Pademangan, Jakarta Utara : Pompa Mangga Dua
- Kembangan-Kedoya, Jakarta Barat : Pompa Green Garden
Dinas Sumber Daya Air Provinsi DKI Jakarta juga telah menyiapkan 487 pompa stationer di 178 lokasi, 175 pompa mobile di 5 wilayah, 257 alat berat, 465 dump truck, 36 pintu air dan 8.101 personel (Pasukan Biru).
Baca juga: DKI lakukan tes antigen korban banjir sebelum ke posko pengungsian
Panduan
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta telah melakukan sejumlah kesiapsiagaan menghadapi musim hujan. BPBD DKI Jakarta telah mengeluarkan buku panduan kesiapsiagaan menghadapi banjir bagi masyarakat sebanyak 33.311 buku dan dibagikan kepada pengurus RT/RW.
Masyarakat juga dapat mengunduh buku panduan tersebut melalui https://bit.ly/PanduanKesiapsiagaanMenghadapiBanjirJakarta. Selain itu, BPBD DKI Jakarta
telah membagikan buku pedoman pengendalian banjir bagi Organisasi Perangkat Daerah (OPD), lembaga usaha dan relawan sebanyak 611 buku.
Panduan tersebut berisi penjelasan kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir, mulai dari saat tidak terjadi banjir (tas siaga bencana), jika sudah ada potensi banjir, pada saat terjadi banjir, jika berada di lokasi pengungsian dan setelah banjir. Harapannya, masyarakat dapat lebih siap, meskipun personel dan pendukung lainnya juga kita kerahkan.
Selain itu, BPBD DKI Jakarta juga telah memasang tanda dan arah lokasi pengungsian di 267 wilayah kelurahan.
BPBD DKI Jakarta juga telah menetapkan tata letak (lay out) penempatan tenda pengungsi dengan protokol kesehatan COVID-19, yakni memisahkan tenda pengungsi umum, tenda kelompok rentan (ibu hamil, lansia) dan tenda kontak erat/suspek COVID-19.
"Pada lokasi pengungsian juga disiapkan area skrining kesehatan, area swab dan toilet," kata Plt Kepala Pelaksana BPBD DKI Jakarta Sabdo Kurnianto.
Baca juga: Tak boleh ada genangan lebih enam jam di Jakpus Untuk mengantisipasi penumpukan pengungsi, lurah dan camat menyiapkan lokasi pengungsi alternatif sebanyak 2-3 kali lipat dari lokasi pengungsian yang ada.
Pemprov DKI Jakarta juga menyiagakan petugas kesehatan/relawan kesehatan, Gugus Tugas Kota/Kecamatan/Kelurahan/RT/RW. Selanjutnya melakukan sterilisasi lokasi pengungsian secara teratur menggunakan disinfektan, menyediakan "hand sanitizer"
(tempat cuci tangan) dilengkapi tandon air dan sabun.
BPBD DKI Jakarta telah menyerahkan peralatan pendukung untuk enam wilayah kota/kabupaten berupa pelampung dan perahu karet. Telah dilakukan pula simulasi kampung tangguh bencana agar masyarakat benar-benar siap mengantisipasi bencana pada musim hujan di tengah pandemi COVID-19.
Tak hanya itu, BPBD DKI Jakarta juga berkolaborasi dengan BNPB, TNI, Polri dan relawan, di antaranya melaksanakan simulasi gladi posko (tactical floor game) dengan skenario banjir yang telah ditetapkan.
Apel kesiapsiagaan menghadapi musim hujan pun telah dilakukan dengan melibatkan 1.144 personel TNI, 1.069 personel POLRI dan 1.117 personel dari 73 komunitas/lembaga.
Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2021