"Laba ini kalau dibanding tahun lalu (2019) pasti turun, bahkan ada satu bulan kita tidak membukukan laba sama sekali ketika alokasikan resources seluruhnya untuk restrukturisasi melakukan penyelamatan nasabah utama kita yakni UMKM. Alhamdulillah restrukturisasi sudah dilakukan," ujar Direktur Utama BRI Sunarso dalam konferensi pers secara daring di Jakarta, Jumat.
Namun, kata dia, kuatnya fundamental membuat perseroan masih mencatatkan laba sebesar Rp18,66 triliun pada 2020.
Ia menambahkan krisis pandemi covid-19 adalah krisis yang terberat apabila dibandingkan dengan krisis sebelumnya. Namun, BRI Group telah melewati tahun terberat dengan pertumbuhan positif berkat strategi yang fokus pada penyelamatan pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) serta menjadi mitra utama pemerintah dalam mendukung keberhasilan Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
Baca juga: Dirut BRI buka peluang jadikan BRI Agro sebagai bank digital
Hingga akhir Desember 2020, Sunarso menyampaikan, secara konsolidasian BRI berhasil menyalurkan kredit senilai Rp938,37 triliun atau tumbuh 3,89 persen year on year.
"Angka ini jauh lebih baik apabila dibandingkan dengan pertumbuhan kredit nasional di tahun 2020 yang diperkirakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berada dikisaran minus satu hingga dua persen," paparnya.
Ia memaparkan, untuk kredit mikro BRI tumbuh double digit sebesar 14,18 persen, kredit kecil dan menengah tumbuh 3,88 persen, dan kredit konsumer tumbuh 2,26 persen. Kinerja positif tersebut berdampak pada peningkatan porsi atau portofolio kredit UMKM BRI yang menyentuh angka 82,13 persen dari total seluruh kredit BRI.
"Tantangannya sekarang adalah mencari sumber pertumbuhan baru. Strateginya yakni BRI akan fokus di dua area, pertama, yang existing kita naik kelaskan. Kedua, cari sumber pertumbuhan baru, yaitu mencari yang lebih kecil daripada mikro," kata Sunarso.
Baca juga: RUPSLB BRI setujui pengangkatan empat direktur baru
Ia juga menyampaikan, pertumbuhan kredit BRI Group itu masih mampu diiringi dengan perbaikan kualitas kredit yang sehat dan terjaga. Hal itu ditunjukkan dari rasio NPL BRI Group yang sebesar 2,99 persen, dengan NPL Coverage mencapai 237,73 persen.
"Besarnya pencadangan ini merupakan bentuk strategi perseroan untuk menjaga kinerjanya agar terus tumbuh secara sustainable melalui penerapan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko yang baik," ucapnya.
Sementara itu tercatat, Dana Pihak Ketiga (DPK) BRI tumbuh sebesar 9,78 persen menjadi sebesar Rp1.121,10 triliun, dengan komposisi dana murah (CASA) mencapai 59,67 persen.
Permodalan BRI Group pun semakin kuat dengan rasio kecukupan modal (CAR) berada di level 21,17 persen.
Baca juga: BRI targetkan penyaluran kredit 2021 tumbuh 6-7 persen
Baca juga: Dirut BRI buka peluang jadikan BRI Agro sebagai bank digital
Baca juga: OJK keluarkan izin untuk Bank Syariah Indonesia
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2021