Institut Teknologi Bandung (ITB) memberangkatkan tim kedua ke Sulawesi Barat (Sulbar) dalam rangka kegiatan tanggap bencana gempa Sulbar untuk pendampingan trauma healing dan pembangunan shelter atau penampungan pengungsi.mendampingi masyarakat terdampak untuk masa pemulihan
Tim kedua ini terdiri dari dua dosen Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB yaitu Ardhana Riswarie, MA AThR dan Patriot Mukmin, M Sn yang akan berperan dalam trauma healing atau pemulihan trauma dengan metode Community-Based Art Psychotherapy kepada anak-anak korban gempa.
"Tim tanggap bencana LPPM ITB dan mitra sukarelawan dari Palu telah turun dan berkegiatan di lapangan dari tanggal 21 Januari 2021 dan akan melanjutkan kegiatan hingga 6 Februari 2021 nanti. Kegiatan ini mengisi masa tanggap bencana yang ditetapkan pemerintah dan mendampingi masyarakat terdampak untuk masa pemulihan,” ujar Sekretaris Bidang Pengabdian Masyarakat Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyatakat (LPPM) ITB Denny Willy, dalam siaran pers Humas ITB, Jumat.
Sebagai bagian dari implementasi program kegiatan humanitarian dari Merdeka Belajar Kampus Merdeka, ITB juga memberangkatkan satu mahasiswa S2 FSRD ITB Eljihadi Alifin, dan empat mahasiswa Arsitektur ITB yakni Farhan Darsa, M Isa Tsaqif, M Arya Wicaksono, dan Abdul Azis.
Baca juga: Menteri PPPA motivasi anak pengungsi gempa di Mamuju
Mereka akan membantu pembangunan tunnel shelter, instalasi penjernih air, hingga melakukan kegiatan trauma healing di berbagai titik pengungsian seperti di Stadion Manakarra Mamuju, posko pengungsian Limbeng, Desa Takandeang, Kecamatan Tappalang, posko pengungsian Petakeang, Kelurahan Galung, Kecamatan Tappalang, hingga ke Majene.
Tim tanggap bencana LPPM ITB bekerja sama dengan berbagai pihak seperti Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga (RSTKA) Unair, Unhas, Unesa, ICCN, BSMI, Wanadri, Rumah Amal Salman, DT Peduli, I-deru, dan relawan lainnya, untuk memberikan pelayanan yang tersebar ke seluruh kecamatan.
Hingga saat ini, shelter pertama telah dibangun di Posko Stadion Manakarra atas rekomendasi dari desk relawan untuk mendukung kegiatan trauma healing pengungsi.
Baca juga: BNPB targetkan penyelesaian dampak gempa Sulbar selesai enam bulan
Di lokasi yang sama, tim ITB juga memasang alat penjernih air siap minum yang ditempatkan di dapur umum yang dikelola Tagana dan TNI untuk memasok kebutuhan air bersih dan air siap minum.
Shelter kedua dibangun di posko Limbeng, Desa Takandeang, Kecamatan Tappalang yang juga difungsikan untuk pos trauma healing pengungsi.
Selain itu, di lokasi ini tim ITB bersama DT Peduli juga membangun instalasi air bersih siap minum. Masyarakat mengaku sangat terbantu karena sumber air di sekitar mereka adalah air kapur dan tidak aman untuk dikonsumsi.
Dua unit alat penjernih air siap minum lainnya diletakkan di Pelabuhan Palipi, Majene, dan diserahkan kepada relawan BSMI untuk digunakan secara mobile di posko-posko pengungsian sekitar Mamuju dan Majene.
“Karena banyaknya kebutuhan shelterd i area pengungsian, ITB bersama Rumah Amal Salman (RAS) menambah pembangunan dua unit shelter yang sudah mulai dibangun di 2 lokasi. Lokasi pertama adalah posko pengungsian Kelurahan Dayanginnah, Kecamatan Tappalang, dan kedua di posko lingkungan Petakeang-Talange, Kelurahan Galung, Kecamatan Tappalang. Selain itu, ITB juga mengirimkan tambahan empat unit tenda keluarga untuk pengungsi di posko Petakeang dan posko Pempioang,” kata Denny.
Sebelumnya, tim pertama ITB telah diturunkan selama satu minggu membangun dua shelter dan pemasangan empat unit ultrafiltrasi penjernih air siap minum untuk penyintas Gempa Sulawesi Barat di Mamuju dan Majene.
Baca juga: BNPB - ITB temukan zona sesar baru penyebab gempa Maluku
Baca juga: Unismuh Makassar siap terjunkan 200 relawan psikososial ke Sulbar
Pewarta: Ajat Sudrajat
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2021