Menurut Nakorn, Thailand dapat memproduksi kurang lebih 18 juta dosis vaksin COVID-19 AstraZeneca tiap bulannya.
Namun, sejauh ini belum jelas berapa banyak vaksin yang akan disalurkan ke rakyat Thailand dan berapa yang akan diekspor ke negara-negara di Asia Tenggara, mengingat mereka telah meneken kontrak pembelian vaksin dengan AstraZeneca.
AstraZeneca Plc tengah menghadapi banyak kritik karena kurang transparan dan lambat mengirim vaksin COVID-19 ke negara-negara penerima.
Strategi pengadaan vaksin di Thailand bergantung pada persediaan vaksin COVID-19 AstraZeneca yang diproduksi oleh Siam Bioscience, yakni perusahaan induk biofarmasi yang dimiliki oleh Raja Thailand.
"Dosis vaksin skala industri (yang dibuat di dalam negeri) akan siap Juni," kata Nakorn.
Menurut hasil audit virtual selama lima hari pada Desember 2020, vaksin COVID-19 yang diproduksi Siam Bioscience akan menjalani pemeriksaan kualitas, kata AstraZeneca lewat pernyataan tertulisnya.
Thailand memilih memproduksi vaksinnya sendiri karena ingin menjaga persediaan vaksin di dalam negeri, kata Nakorn.
Baca juga: Thailand pesan 35 juta dosis tambahan vaksin AstraZeneca
Baca juga: Thailand bela peran perusahaan kerajaan dalam strategi vaksin
Thailand meneken kontrak pembelian vaksin dengan AstraZeneca pada Oktober 2020, beberapa bulan lebih lambat dibandingkan dengan Inggris, Amerika Serikat, dan India.
Pemerintah Thailand memesan 61 juta dosis vaksin AstraZeneca yang diproduksi di dalam negeri. Jumlah dosis itu cukup untuk 30,5 juta dosis vaksin atau setengah dari total populasi orang dewasa di Thailand, tetapi belum termasuk orang-orang di bawah 18 tahun dan ibu hamil.
Oleh karena itu sampai Juni 2021, Thailand masih mengandalkan vaksin impor.
Impor vaksin AstraZeneca pertama sebanyak 50.000 dosis dijadwalkan tiba di Thailand pada Februari 2021, sementara 100.000 lainnya akan tiba dalam waktu beberapa bulan kemudian. Namun, Menteri Kesehatan Anutin Charnvirakul hari ini (29/1) memperingatkan bahwa masalah distribusi vaksin di Eropa kemungkinan akan menyebabkan pengiriman vaksin ke Thailand terhambat.
Thailand juga memesan dua juta dosis vaksin COVID-19 buatan perusahaan farmasi China, Sinovac Biotech Ltd. Sebanyak 200.000 vaksin Sinovac akan tiba di Thailand pada Februari, meskipun vaksin itu belum mendapatkan izin pakai darurat dari otoritas di Bangkok.
Pemerintah Thailand diyakini cukup berhasil mengendalikan penyebaran COVID-19. Namun, sejak ada gelombang kedua penularan COVID-19, jumlah penderita pun bertambah jadi 17.023 orang dan 76 di antaranya meninggal dunia.
Sumber: Reuters
Baca juga: Thailand keluarkan izin darurat untuk vaksin COVID-19 AstraZeneca
Pewarta: Genta Tenri Mawangi
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Copyright © ANTARA 2021