Pernyataan yang diunggah di halaman Facebook dari akun pejabat partai May Win Myint juga menyerukan pengakuan atas hasil pemilihan tahun lalu yang dimenangi oleh NLD, dan untuk pembukaan parlemen yang akan dimulai minggu ini.
Keberadaan Suu Kyi tetap tidak diketahui lebih dari 24 jam setelah penangkapannya pada Senin dini hari (1/2).
Satu-satunya komunikasi dari Suu Kyi muncul dalam bentuk pernyataan tertulis untuk mengantisipasi kudeta yang menyerukan protes terhadap kediktatoran militer.
Kudeta itu menyusul kemenangan telak bagi NLD dalam pemilu 8 November, akibat militer menolak untuk menerimanya dengan alasan tuduhan kecurangan yang tidak berdasar.
Tentara menyerahkan kekuasaan kepada Jenderal Min Aung Hlaing dan memberlakukan keadaan darurat selama setahun --menghancurkan harapan negara yang dilanda kemiskinan itu untuk menuju demokrasi yang stabil.
Jalan-jalan Myanmar sepi selama jam malam, yang sudah diberlakukan untuk menghentikan penyebaran virus corona. Pasukan dan polisi anti huru-hara mengambil posisi di Ibu Kota Naypyitaw, dan kota pusat perdagangan utama Yangon.
Pada Selasa pagi, sambungan telepon dan internet telah pulih tetapi biasanya pasar yang ramai menjadi sepi dan bandara di pusat komersial Yangon ditutup.
Bank-bank di Yangon dibuka kembali setelah menghentikan layanan keuangan sehari sebelumnya karena koneksi internet yang buruk dan di tengah upaya penarikan uang tunai yang terburu-buru.
Penduduk setempat khawatir pergolakan tersebut akan semakin merugikan ekonomi, yang masih belum pulih dari wabah COVID-19.
“Bisnis melambat karena pandemi bahkan sampai sekarang, kemudian terjadi konflik politik. Mata pencaharian tidak mudah,” kata seorang warga Myanmar Aung Than Tun, yang bekerja sebagai pengemudi taksi.
Sumber: Reuters
Baca juga: Keberadaan Suu Kyi tidak diketahui sejak ditangkap militer Myanmar
Baca juga: Kudeta, paranoia militer dan anatomi politik Myanmar
Baca juga: PBB khawatir kudeta militer perburuk nasib warga Rohingya di Myanmar
Komunitas Myanmar di Jepang protes penahanan Aung San Suu Kyi
Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2021