"Memang ada perubahan penutupan lahan dari hutan lahan kering sekunder ke perkebunan, antara tahun 1990 dan 2000, termasuk ke tambang. Tapi tidak besar-besar amat sebetulnya yang terjadi," kata Direktur Perencanaan dan Evaluasi Pengendalian DAS (PEPDAS) KLHK M. Saparis Soedarjanto dalam diskusi virtual dipantau dari Jakarta, Selasa.
Menurut Saparis, yang lebih besar dibandingkan perkebunan dan pertambangan adalah pengalihan hutan menjadi pertanian lahan kering.
Baca juga: KLHK sebut 70.083 hektare DAS Barito Kalsel telah direhabilitasi
Baca juga: Proporsi areal hutan DAS Barito di Kalsel 18,2 persen
Dalam periode 2011-2019 perubahan areal berhutan, baik hutan alam maupun hutan tanaman terluas adalah menjadi semak belukar, perkebunan dan tanah terbuka.
Dari 1.828.646 hektare (ha) luas DAS Barito yang berada di wilayah Kalsel, area non-hutan yang terluas adalah pertanian lahan kering campur semak dan sawah, masing-masing memiliki luas 391.256 ha dan 325.730 ha, menurut data KLHK 2019.
Perubahan alih fungsi terbesar terjadi pada periode 1990-2000, dari 134.089 ha pertanian lahan kering campur semak dan 157.729 ha sawah pada 1990 menjadi 439.962 ha pertanian lahan kering campur semak dan 180.929 ha sawah pada 2000.
Sedangkan area perkebunan pada 1990 adalah 17.604 ha dan tambang 7.306 ha pada 1990, naik menjadi 26.684 ha untuk perkebunan dan 7.966 ha untuk tambang.
Menurut data KLHK dari luas 236.917 ha perkebunan pada 2019, 2.674 ha berasal dari alih fungsi hutan tanam atau 1,1 persen dari total luas lahan perkebunan. Penyumbang terbesar lahan perkebunan adalah pertanian lahan kering, yakni sebesar 88.018 ha atau 37,2 persen.
Baca juga: Kalsel disebut KLHK bisa menjadi percontohan nasional rehabilitasi DAS
Baca juga: DAS Barito "surga" yang Nyaris Hilang
Untuk tambang dari 37.224 ha lahan yang digunakan untuk tambang pada 2019, yang sebelumnya hutan tanaman adalah sebesar 3.080 ha atau 8,3 persen dari total luas tambang. Mayoritas wilayah tambang saat ini sekitar 17.635 ha adalah wilayah tambang yang sudah ada sebelumnya.
Mengenai banjir yang terjadi di sekitar area DAS Barito di Kalsel pada Januari lalu, Saparis mengatakan terdapat banyak faktor, selain permasalahan lahan seperti adanya cuaca ekstrem dan kontur bentuk lahan, terjadi akumulasi hujan yang cukup besar dalam beberapa hari. "Ini mendorong terjadinya tingkat kejenuhan yang sangat tinggi. Hujan tinggi berhari-hari," katanya.
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2021