Berbicara dalam konteks lembaga pendidikan Polri, Guru Besar Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK) Adrianus Eliasta Meliala mengatakan, perpustakaan digital memudahkan koleksi literatur akademik dari dalam dan luar negeri terkait ilmu kepolisian dan dampingannya.
"Ini terobosan murah dan terjangkau," kata Adrianus dalam webinar "Penguatan Budaya Literasi Melalui Inovasi Layanan Perpustakaan Berbasis Digital untuk Mewujudkan SDM Unggul", Kamis.
Baca juga: Selandia baru lacak COVID-19 pakai aplikasi "buku harian digital"
Baca juga: Menulis & membaca di platform digital makin digemari berkat karantina
Alih-alih membeli dalam jumlah banyak untuk setiap perpustakaan, lembaga pendidikan seperti STIK bisa membeli buku lalu melakukan digitalisasi sehingga bisa diakses secara luas dengan cara yang lebih praktis. Dana yang tadinya diperuntukkan membeli buku fisik bisa dialokasikan untuk kebutuhan lain dengan adanya digitalisasi.
Anggota Ombudsman juga menjelaskan, keberadaan perpustakaan digital penting karena karya para pelajar perlu diabadikan. Selain itu, koleksi pustaka yang tersebar di berbagai lembaga pendidikan, khususnya Polri, harus diintegrasikan.
Begitu pula dengan aktivitas penelitian di berbagai lembaga dan publikasi terkait kepolisian dan Polri yang perlu dikoleksi.
Perpustakaan digital membawa keuntungan untuk meningkatkan mutu akademik dan administrasi akademik, lanjutnya. Para mahasiswa maupun peneliti bisa leluasa mencari karya pustaka di berbagai tempat lewat bantuan teknologi, bukan cuma koleksi perpustakaan setempat.
"Kalau sekarang kan susah kemana-mana buat cari literasi (akibat pandemi)," ujarnya.
Mencari topik baru untuk bahan penelitian juga dimudahkan dengan adanya perpustakaan digital. Mahasiswa atau peneliti dapat mencari tahu secara mudah topik penelitian mutakhir, kemudian menyesuaikan dengan rencana penelitiannya sendiri.
Untuk sisi pengajar, kemudahan mengakses kepustakaan mutakhir secara digital dapat meningkatkan mutu pengajaran. Ada kalanya pengajar memakai referensi pustaka yang sudah lawas dengan alasan sulit mencari buku-buku terbaru. Dengan adanya perpustakaan digital, tidak ada lagi kesulitan untuk mencari bahan mutakhir.
Adrianus melanjutkan, digitalisasi juga bisa menekan plagiarisme. Kemiripan antara satu karya dengan karya lain bisa lebih mudah dideteksi bila sudah dimasukkan ke dalam perpustakaan digital. "Bisa menengarai adanya plagiarisme."
Tak hanya itu, kinerja peneliti atau staf yang ditugaskan di lembaga pendidikan juga bisa secara mudah didata sehingga tercipta transparansi.
Baca juga: Tepis kilah buku sulit diakses lewat perpustakaan digital
Baca juga: Beralih ke digital, bazar buku Big Bad Wolf dihelat di "marketplace"
Baca juga: Cari referensi dari buku digital, SakuIn hingga Google Arts & Culture
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021