Kebutuhan gula nasional itu 200 ribu ton per bulan. Kalau 200 ribu ton per bulan, sementara stok ada cadangan 800 ribu ton, berarti stok cukup untuk empat bulan, Januari, Februari, Maret, dan April.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Nur Khabsyin menyampaikan bahwa saat ini stok gula konsumsi nasional mencapai 800 ribu ton, yang cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumsi nasional hingga empat bulan ke depan dengan rata-rata kebutuhan sekitar 200 ribu ton per bulan.
"Kebutuhan gula nasional itu 200 ribu ton per bulan. Kalau 200 ribu ton per bulan, sementara stok ada cadangan 800 ribu ton, berarti stok cukup untuk empat bulan, Januari, Februari, Maret, dan April," kata Khabsyin lewat keterangannya yang diterima di Jakarta, Kamis.
Ia mengatakan pada Juni 2021, petani tebu akan masuk masa giling sehingga pemerintah hanya perlu menutup kekosongan untuk Mei hingga pertengahan Juni yang diperkirakan hanya butuh 200-300 ribu ton lagi.
Baca juga: Pelaku industri pastikan stok gula rafinasi aman
Untuk itu, Khabsyin menyampaikan bahwa rencana penambahan kuota impor gula konsumsi tidak diperlukan.
“Pemerintah sebenarnya sudah menerbitkan izin impor raw sugar sebanyak 646 ribu ton. Bila melihat data yang dipaparkan APTRI, jumlah itu sudah lebih dari cukup untuk mengisi kekosongan sekaligus mengisi cadangan darurat atau buffer stock,” ujar Khabsin.
Baca juga: APTRI dukung pembentukan BPDP Tebu
Khabsyin menambahkan saat ini masih ada 100 ribu ton gula petani yang belum terserap, sehingga ia khawatir bila permohonan sejumlah BUMN untuk meminta izin impor 150 ribu ton Gula Kristal Putih (GKP) sampai disetujui.
"Kalau impor disetujui dan pasokan gula berlebih, gula petani akan semakin tidak terserap," pungkasnya.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2021