• Beranda
  • Berita
  • Studi: Indonesia negara yang condong dukung kehadiran mobil listrik

Studi: Indonesia negara yang condong dukung kehadiran mobil listrik

4 Februari 2021 16:46 WIB
Studi: Indonesia negara yang condong dukung kehadiran mobil listrik
Ilustrasi - Mobil listrik tengah mengisi daya di tempat pengisian umum. ANTARA/Shutterstock/pri.
Studi baru bertajuk "The Future of Electrified Vehicles in Southeast Asia" dari Frost & Sullivan menunjukkan bahwa konsumen di seluruh Asia Tenggara terus menunjukkan antusiasme yang tinggi untuk memiliki kendaraan listrik.

Dari negara-negara ASEAN, Indonesia menjadi salah satu yang memiliki ketertarikan tertinggi akan kendaraan listrik. Antusiasme ini sebagian besar didorong oleh kebutuhan yang semakin besar untuk menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan.

"Filipina, Thailand, dan Indonesia merupakan tiga negara di ASEAN yang condong tertarik dan mendukung kehadiran kendaraan listrik," kata Associate Partner Senior Vice President Intelligent Mobility Forst & Sullivan Asia Pacific, Viviek Vaidya, melalui forum Nissan FUTURES yang digelar daring, Kamis.

Vaidya memaparkan, sebanyak 37 persen dari pengemudi mobil yang disurvei menyatakan bahwa mereka pasti akan mempertimbangkan kendaraan berlistrik sebagai pembelian mobil berikutnya dalam tiga tahun ke depan.

Lagi-lagi, responden dari Indonesia, Filipina, dan Thailand menunjukkan pertimbangan pembelian yang paling bersemangat untuk kendaraan listrik.

Baca juga: Nissan umumkan finalis "Destinasi Kicks e-POWER"

Baca juga: Produksi Nissan Note dipangkas karena kekurangan komponen chip


Riset konsumen di Thailand, Filipina, Indonesia, Malaysia, Vietnam dan Singapura mengungkapkan bahwa hampir dua pertiga (64 persen) responden di seluruh Asia Tenggara mengatakan bahwa mereka lebih bersedia mempertimbangkan kendaraan listrik daripada lima tahun lalu.

Sebanyak 66 persen konsumen di seluruh wilayah percaya bahwa mereka pasti akan mengadopsi mobilitas listrik sebagai bagian dari kehidupan mereka dalam waktu dekat.

Lebih percaya diri
Vaidya mengatakan, bila dibandingkan dengan tahun 2018, di 2020, masyarakat lebih percaya diri dan tidak khawatir untuk mengadopsi kendaraan listrik.

Meski ketakutan akan kehabisan daya sebelum tiba di stasiun pengisian (48 persen) terus menjadi penghalang paling signifikan, persepsi responden terhadap hambatan untuk membeli kendaraan berlistrik telah meningkat secara signifikan dibandingkan dengan tiga tahun lalu.

"Temuan kami menunjukkan bahwa konsumen secara umum menghargai keseluruhan pengalaman berkendara dari kendaraan berlistrik, mengingat fitur inovatif dan berteknologi tinggi yang disesuaikan dengan mesin berperforma tinggi," kata Vaidya.

"Seiring waktu, kesadaran lingkungan yang meningkat, biaya pemeliharaan yang lebih rendah untuk kendaraan berlistrik ditambah dengan insentif pajak dan fasilitas pengisian publik dan pribadi yang lebih baik akan menjadi motivator utama bagi konsumen untuk kemungkinan beralih ke kendaraan berlistrik, dan membelinya dalam waktu dekat," imbuhnya.

Selain faktor emosional dan lingkungan yang mempengaruhi kesadaran dan minat, ketertarikan masyarakat akan mobil listrik dipengaruhi dengan adanya program insentif pajak dari pemerintah.

Sejalan dengan temuan tahun 2018, lebih dari tiga perempat responden penelitian baru-baru ini (77 persen) menunjukkan bahwa manfaat pajak dan pemasangan stasiun pengisian daya di bangunan tempat tinggal (75 persen) adalah insentif 2 teratas bagi mereka untuk beralih ke kendaraan listrik.

Hal ini menunjukkan kebutuhan yang terus berlangsung bagi produsen mobil, pembuat kebijakan, dan pihak swasta untuk berkolaborasi untuk memacu penerapan mobilitas listrik.

Baca juga: Nissan berkomitmen buat mobilitas EV aksesibel di ASEAN

Baca juga: Nissan Note e-POWER laris manis, dipesan dua kali lipat dari target

Baca juga: Semua mobil baru Nissan berpenggerak listrik pada 2030

Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2021