Peneliti dari Pusat Penelitian Bioteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Masteria Yunovilsa Putra mengatakan senyawa valinomycin berpotensi tinggi menghambat infeksi virus hepatitis C (HCV) dan pertumbuhan jamur dan bakteri patogen.memiliki potensi tinggi untuk menghambat infeksi virus hepatitis C
Temuan itu tercatat dalam publikasi hasil penelitian yang berjudul Anti-Infective and Antiviral Activity of Valinomycin and Its Analogues from a Sea Cucumber-Associated Bacterium, Streptomyces sp. SV 21.
"Hasilnya, kami menemukan bahwa valinomycin dan analognya memiliki potensi tinggi untuk menghambat infeksi virus hepatitis C dan menghambat pertumbuhan jamur dan bakteri patogen," kata Masteria saat dihubungi ANTARA, Jakarta, Kamis.
Pada publikasi tersebut, para peneliti melaporkan hasil isolasi senyawa valinomycin dan analognya dari bakteri Streptomyces sp. SV21, yang hidup berasosiasi dengan teripang.
Analog valinomycin yang ditemukan dari Streptomyces sp. SV21 adalah streptodepsipeptide P11A, P11B, dan SV21. Senyawa-senyawa tersebut memiliki sedikit perbedaan dengan valinomycin.
Penelitian itu dilakukan oleh Masteria, Joko Tri Wibowo, Tutik Murniasih dan Dimas F Praditya yang merupakan peneliti dari Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI, yang bekerja sama dengan peneliti asing dari sejumlah institusi di Jerman yakni Matthias Y Kellermann, Matthias Köck, Kathrin I Mohr, Joachim Wink, Eike Steinmann, dan Peter J. Schupp.
Para peneliti melakukan berbagai uji untuk menentukan struktur senyawa dan melihat aktivitas dari senyawa valinomycin.
Para peneliti membandingkan aktivitas valinomycin dan analognya dengan senyawa murni pembanding. Hasilnya, valinomycin memiliki aktivitas yang sama bahkan lebih kuat dari senyawa pembanding pada uji anti-jamur (terhadap jamur Rhodoturula glutinis dan Mucor hiemalis) dan antivirus (pada Hepatitis C Virus/HCV).
Baca juga: Kemenkes paparkan strategi implementasi atasi hepatitis
Baca juga: Tak semua penderita hepatitis harus minum obat antivirus
"Namun, kami perlu untuk menggarisbawahi toksisitas pada valinomycin dan analognya. Kami memerlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui potensi lainnya dari senyawa valinomycin dan analognya," tutur Masteria.
Para peneliti menggunakan senyawa pembanding epigallocatechin gallate (EGCG) pada uji dengan HCV; nystatin pada antijamur; oxytetracycline, gentamycine, dan kanamycin pada antibakteri.
Pada uji penghambatan infeksi HCV, peneliti juga melihat efek valinomycin dan analognya pada sel uji. Hasilnya, viabilitas sel uji ketika ditambah valinomycin atau analognya sedikit lebih rendah dibandingkan ECGC. Walaupun tidak langsung menguji toksisitasnya, viabilitas sel berkorelasi dengan toksisitas.
Peneliti dari Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI Joko Tri Wibowo mengatakan hasil kajian pustaka terhadap valinomycin menunjukkan bahwa valinomycin mampu menghambat infeksi virus SARS-Cov yang merebak pada tahun 2000-an.
Dia menuturkan ada pendapat dari peneliti lain bahwa valinomycin memiliki potensi yang besar untuk menghambat infeksi virus SARS-Cov-2. Untuk itu, perlu penelitian lanjutan.
Baca juga: LIPI kirim sampel obat antiviral COVID-19 ke Kyoto untuk uji in vitro
Baca juga: LIPI harapkan obat herbal antiviral COVID-19 bisa uji klinis
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021