Ribuan varian dari jenis virus corona penyebab COVID-19 telah dilaporkan saat virus bermutasi, termasuk yang disebut varian Inggris, Afrika Selatan, dan Brazil, yang terlihat lebih mudah menyebar dibanding yang lain.
"Kemungkinan besar tidak seperti itu, bahwa vaksin saat ini tidak akan ampuh melawan varian-varian (virus), baik varian di Kent atau varian lainnya terutama jika berhubungan dengan penyakit parah dan rawat inap," katanya kepada Sky.
"Semua manufaktur, Pfizer-Biontech, Moderna, Oxford-AstraZeneca dan lainnya sedang mencari cara untuk memperbarui vaksin mereka guna memastikan bahwa kita siap menghadapi varian apa pun --ada sekitar 4.000 varian di seluruh dunia sekarang."
Ketika ribuan varian muncul saat virus bermutasi saat replikasi, hanya minoritas yang sangat kecil yang kemungkinan menjadi penting dan mengubah virus secara signifikan, menurut Jurnal medis Inggris.
"Kita memiliki industri terbesar dalam mengurutkan genom --kita mempunyai sekitar 50 persen dari industri sekuens genom dunia-- dan kita menjaga koleksi semua varian, sehingga kita siap untuk merespons --apakah di musim gugur atau setelahnya-- tantangan apa pun di mana virus kemungkinan muncul dan menghasilkan vaksin selanjutnya," kata Zahrawi.
Virus corona, yang dikenal oleh para ilmuwan sebagai SARS-CoV-2, telah menelan 2,2 juta korban jiwa di seluruh dunia sejak kemunculannya di China pada akhir 2019, menurut Sekolah Kedokteran Universitas Johns Hopkins.
Sumber: Reuters
Baca juga: Kasus varian baru COVID melonjak di Turki
Baca juga: Orang tanpa riwayat bepergian terkena corona Afsel di Inggris
Baca juga: Jerman batasi perjalanan dari negara-negara dengan varian baru corona
Menkes ungkap strategi pelacakan varian virus baru COVID-19 di Indonesia
Pewarta: Asri Mayang Sari
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2021