Kasus baru itu didiagnosis pada seseorang yang mengisolasi diri di rumahnya di Hamilton, sebuah kota di Pulau Utara Selandia Baru, yang dibebaskan dari karantina hotel selama dua minggu pada 30 Januari setelah hasil tesnya untuk virus tersebut negatif.
"Kami menganggap risiko terhadap kesehatan masyarakat rendah dan masyarakat di dalam dan sekitar Hamilton tidak perlu khawatir," kata Direktur Kesehatan Masyarakat Caroline McElnay.
"Kami bertindak atas dasar kehati-hatian. Kami tidak menyarankan pembatasan atau pembatalan acara."
Kementerian baru-baru ini mewajibkan semua orang yang menyelesaikan karantina 14 hari di Hotel Pullman di Auckland untuk mengisolasi diri selama lima hari lagi di rumah.
Pengurutan genom telah dilakukan untuk menentukan apakah kasus tersebut mengandung varian COVID-19 Afrika Selatan, yang dilaporkan dalam tiga kasus lain terkait dengan hotel itu. Kasus-kasus tersebut merupakan yang pertama muncul di antara masyarakat Selandia Baru dalam beberapa bulan.
Namun, berapa acara komunitas terkait dengan peringatan Hari Waitangi akhir pekan ini tetap dibatalkan di Hamilton, media Selandia Baru melaporkan.
Hari Waitangi 6 Februari diberi nama sesuai dengan wilayah Waitangi di North Island, Selandia Baru, tempat perjanjian pendirian ditandatangani antara perwakilan Kerajaan Inggris dan lebih dari 500 kepala suku Maori Pribumi pada 1840.
Selandia Baru hanya memiliki 1.959 kasus COVID-19 yang dikonfirmasi. Tetapi dengan pandemi yang berkecamuk secara global, lebih banyak orang yang kembali dengan infeksi, termasuk varian baru, meningkatkan kekhawatiran virus dapat menyebar luas lagi di masyarakat.
Sumber : Reuters
Baca juga: Varian baru COVID ditemukan, Selandia Baru perketat aturan karantina
Baca juga: Australia kembali buka 'gelembung perjalanan' dengan Selandia Baru
Baca juga: Selandia Baru izinkan vaksin COVID Pfizer-BioNTech
Dubes Tantowi Yahya beberkan cara Selandia Baru bebas COVID-19
Pewarta: Azis Kurmala
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2021