"Jadi, sengaja kami sebar di Pulau Jawa. Pertama, saya selaku Pangdam, kami punya Rindam itu belum sempurna. Jadi. ada berapa pembina pengasuh pelatih dan alat fasilitas sarana belum terpenuhi sehingga kami titipkan di luar Kodam XVIII Kasuari," kata Pangdam XVIII/Kasuari Mayjen TNI I Nyoman Cantiasa, dalam tayangan Youtube TNI AD, Minggu.
Kedua, tujuannya dalam rangka memberikan wawasan sehingga para siswa calon bintara mengetahui dan mengenal Indonesia secara utuh, bukan hanya Papua dan Papua Barat.
Ketiga, jumlah siswa calon bintara yang lolos seleksi cukup banyak mencapai 1.000 orang sehingga tidak mungkin bisa ditangani pendidikannya hanya oleh satu Rindam.
Baca juga: Kodam XVIII/Kasuari rekrut 1.000 bintara otonomi khusus
"Dan kebetulan yang kami lihat siap dan bagus itu sementara di daerah Jawa, dan kebetulan kosong pendidikan di sana sehingga kami titip pendidikan di daerah Jawa," katanya.
Sebanyak 1.000 calon bintara itu, terdiri atas 330 siswa dikirim ke Rindam III/Siliwangi Bandung, 240 siswa bintara ke Rindam IV/Diponegoro Semarang, 260 siswa ke Rindam V/Brawijaya Surabaya, dan 130 calon bintara ke Rindam Jaya Jakarta.
Kemudian, sebanyak 40 putri asli Papua mengikuti pendidikan di Pusat Pendidikan (Pusdik) Korps Wanita TNI Angkatan Darat (Kowad), Lembang, Bandung.
Komandan Rindam IV/Diponegoro Kolonel Inf Tarsono menjelaskan setiap prajurit siswa yang mengikuti pendidikan harus melewati tes diagnostik untuk mengetahui kemampuan masing-masing, baik kemampuan akademis, kesehatan, maupun jasmani.
Para calon bintara prajurit karier (PK) otsus Papua tersebut menempuh pendidikan selama 20 minggu, terhitung mulai 4 November 2020 hingga 23 Maret 2021 dengan materi pendidikan dasar keprajuritan.
Baca juga: Perekrutan bintara TNI prioritaskan putra daerah, sebut Waaster Kasad
Sementara itu, Komandan Rindam Jaya Jakarta Kolonel Inf Prasetyo menjelaskan bahwa materi pendidikan pertama bintara PK dan umum adalah sama.
"Hanya mereka ada perbedaan ketika mereka kejuruan, nanti di Puslatpur khusus cabang umum murni keinfanterian, sedangkan otsus lebih banyak teritorial karena mereka lebih banyak diarahkan sebagai babinsa (bintara pembina desa) di satuannya kelak," katanya.
Program bintara otsus tersebut memang membuka kesempatan sebanyak-banyaknya bagi putra dan putri asli Papua menjalani pendidikan militer, termasuk bagi mereka yang pernah gagal ikut seleksi terdahulu.
Seperti diungkapkan Jefri Wilson, salah satu siswa Secaba Otsus Papua yang sudah pernah mendaftar masuk TNI sebanyak empat kali sebelum mendaftar program otsus.
Baca juga: Tinggi animo pemuda Papua ingin jadi Bintara TNI
"Saya pernah ikut seleksi secaba, mendaftar sekitar 4 kali, waktu itu mendaftar jadi prajutit dua (prada), setelah itu tamtama, tidak lulus juga," katanya, seraya bersyukur akhirnya lolos program otsus.
Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2021