• Beranda
  • Berita
  • BMKG: Banten, Jakarta, Jabar dan Jateng kategori siaga potensi banjir

BMKG: Banten, Jakarta, Jabar dan Jateng kategori siaga potensi banjir

8 Februari 2021 11:12 WIB
BMKG: Banten, Jakarta, Jabar dan Jateng kategori siaga potensi banjir
Nelayan memindahkan bahan bakar untuk kapal bagan saat langit berawan di Pantai Pasie Nan Tigo, Padang, Sumatera Barat, Senin (2/11/2020). BMKG merilis peringatan dini cuaca ekstrem di 25 wilayah Indonesia pada Senin (2/11/2020), dengan rincian 23 daerah berpotensi hujan lebat yang dapat disertai kilat atau petir dan angin kencang di antaranya Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Bengkulu, dan Jambi. ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra/hp.

masih terdeteksi monsun Asia

Badan Pusat Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprakirakan daerah seperti Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Tengah masuk dalam kategoris siaga dengan adanya potensi hujan lebat yang dapat berdampak dengan terjadinya banjir atau bandang dalam periode 8-9 Februari.

Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG A. Fachri Radjab ketika dihubungi oleh ANTARA dari Jakarta pada Senin mengatakan, selain fenomena La Nina terdapat pula faktor dinamika atmosfer lain yang mempengaruhi peningkatan intensitas curah hujan ekstrem di beberapa daerah di Indonesia.

Menurutnya, peringatan tentang musim hujan Indonesia akan terpengaruh La Nina sudah diberikan sejak Oktober 2020 dengan fenomena itu masih berlangsung sampai saat ini dengan intensitas moderat. Hal itu mengakibatkan musim hujan yang lebih basah di Indonesia.

"Selain ada faktor-faktor dinamika atmosfer yang juga berpengaruh terhadap pertumbuhan awan hujan di Indonesia, di antaranya saat ini masih terdeteksi monsun Asia 1kemudian adanya daerah-daerah pertemuan angin di atas wilayah Indonesia," kata Fachri Radjab.

Baca juga: Waspadai puncak musim hujan Januari-Februari 2021

Baca juga: BMKG perpanjang peringatan dini hujan lebat wilayah Jawa Tengah

Baca juga: BMKG: Cuaca ekstrem dampak nyata perubahan iklim


Dia mengandaikan fenomena pertemuan angin seperti kendaraan yang bertemu di perempatan jalan, yang dapat menimbulkan penumpukan. Dengan terjadi pertemuan angin di atas Indonesia itu dan suhu makin dingin maka akan terbentuk awan.

Daerah pertemuan muncul di Indonesia sendiri terjadi karena monsun Asia yang masuk ke selatan karena adanya daerah-daerah tekanan rendah di utara Australia.

"Itu makanya banyak terbentuk daerah pertemuan angin di atas wilayah Indonesia," tambahnya.

Selain faktor global La Nina dan faktor regional yang menyebabkan daerah pertemuan angin, Fachri juga menjelaskan adanya faktor lokal.

Faktor lokal penyebab meningkatnya curah hujan ekstrem adalah stabilitas udara yang cenderung labil atau mudah terangkat yang dapat membentuk awan. Proses konveksi awan itu, ujarnya, cukup kuat karena udara yang labil tersebut.

"Kombinasi tiga skala itu maka banyak terbentuk awan-awan hujan di Indonesia," ujar Fachri.

Selain empat provinsi yang masuk masuk dalam kategori siaga, BMKG juga mengkategorikan Bengkulu, Lampung, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Papua Barat dan Papua dalam kategori waspada

Baca juga: BMKG prediksi hujan esktrem di Jatim dan sejumlah daerah lainnya

Baca juga: BMKG ingatkan waspadai hujan lebat disertai petir di sebagian NTT

Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021