Harapan itu diungkapkan Shabir Madhi, profesor yang menemukan bahwa vaksin AstraZeneca berdampak terbatas pada penyakit ringan COVID-19.
Afrika Selatan pada Minggu (7/2) mengatakan akan menunda penggunaan vaksin AstraZeneca dalam program imunisasinya, setelah data menunjukkan bahwa vaksin itu memberikan perlindungan minimal terhadap infeksi ringan hingga sedang yang disebabkan oleh varian virus corona yang dominan di negara itu.
Shabir Madhi, yang memimpin penelitian di Afrika Selatan, mengatakan saat meneliti apakah vaksin AstraZeneca bisa mencegah kondisi sakit parah COVID-19, vaksin itu dapat dibandingkan dengan yang dibuat oleh Johnson & Johnson yang terbukti efektif.
"Masih ada harapan bahwa vaksin AstraZeneca dapat bekerja sebaik vaksin Johnson & Johnson dalam demografi kelompok usia berbeda yang saya teliti yang mengalami penyakit parah," kata Madhi kepada radio BBC.
Sumber: Reuters
Baca juga: Afsel tangguhkan vaksinasi AstraZeneca karena diduga kurang efektif
Baca juga: Australia tenangkan warga usai AstraZeneca ditangguhkan di Afsel
Baca juga: Dewan Korsel ingatkan kehati-hatian vaksin AstraZeneca pada lansia
BPOM RI izinkan penggunaan vaksin COVID-19 bagi lansia di atas 60 tahun
Pewarta: Yuni Arisandy Sinaga
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2021