• Beranda
  • Berita
  • Kementerian ESDM targetkan bangun 25 sistem "smart grid" hingga 2024

Kementerian ESDM targetkan bangun 25 sistem "smart grid" hingga 2024

10 Februari 2021 19:48 WIB
Kementerian ESDM targetkan bangun 25 sistem "smart grid" hingga 2024
Smart Grid adalah suatu konsep tata kelola energi listrik berbasis teknologi, informasi dan komunikasi yang menyeluruh atau end to end, mulai dari pembangkit, transmisi, distribusi hingga pelanggan. Teknologi ini dipamerkan di kantor Huawei Indonesia, di Jakarta, Rabu (11/718).

teknologi ini juga dapat dimanfaatkan pada skala kecil di pedesaan dan daerah terpencil dengan akses yang sulit ke jaringan transmisi

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan pembangunan 25 sistem jaringan tenaga listrik pintar atau smart grid di kawasan Jawa dan Bali hingga 2024.

"Targetnya, setiap tahun pada periode 2020 sampai 2024, di-instal lima sistem (smart grid) baru di Jawa-Bali, sehingga dalam lima tahun ke depan, dibangun 25 sistem smart grid baru," kata Sekretaris Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Munir Ahmad mewakili Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Rida Mulyana dalam webinar "Smart Grid Sebagai Solusi Keandalan Sistem Tenaga Listrik" secara virtual di Jakarta, Selasa (9/2/2021).

Dikutip dari laman Kementerian ESDM di Jakarta, Rabu, Munir mengatakan smart grid menjadi salah satu solusi meningkatkan efisiensi dalam pelayanan ketenagalistrikan kepada masyarakat dan meningkatkan fleksibilitas transmisi agar lebih banyak menerima variable renewable energy (VRE).

Smart grid merupakan sistem jaringan tenaga listrik yang dilengkapi dengan teknologi informasi dan teknologi komunikasi canggih yang dapat memungkinkan sistem pengaturan tenaga listrik secara efisien, menyediakan keandalan pasokan tenaga listrik yang tinggi, pemanfaatan sumber energi terbarukan, dan memungkinkan partisipasi pelanggan dalam penyediaan tenaga listrik.


Baca juga: Kementerian ESDM targetkan satu juta pelanggan "smart meter" pada 2022


Menurut Munir, teknologi smart grid merupakan salah satu strategi yang diupayakan oleh pemerintah dalam penyediaan listrik nasional sehingga seluruh masyarakat Indonesia mendapatkan listrik dalam jumlah yang cukup, dengan kualitas yang baik, dan dengan harga yang terjangkau.

"Pemanfaatan teknologi smart grid tidak terbatas pada konsumen listrik perkotaan dan skala besar, teknologi ini juga dapat dimanfaatkan pada skala kecil di pedesaan dan daerah terpencil dengan akses yang sulit ke jaringan transmisi," ujarnya.

Dalam kesempatan yang sama, Koordinator Kerja Sama Ketenagalistrikan Senda H Kanam mengatakan konsep smart grid ini mengikuti tren industri 4.0 yang konsumennya juga berperan sebagai produsen, dapat memproduksi, menyimpan, dan menjual listrik kepada penyedia atau sesama konsumen listrik.

"Jadi, konsumen semakin cerdas untuk memanfaatkan listrik dan didukung peralatan cerdas," tuturnya.

Menurut Senda, smart grid merupakan konsep jaringan tenaga listrik cerdas untuk pemenuhan kebutuhan energi listrik dengan memanfaatkan teknologi informasi dan teknologi komunikasi dua arah antara produsen listrik dan konsumen dengan tujuan agar efisien, andal, pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) yang lebih baik, dan penurunan emisi CO2.


Baca juga: Erick: "Smart grid" PLN jadi kunci subsidi tepat sasaran
 

"Tantangan untuk implementasi smart grid di Indonesia adalah biaya investasi yang besar, organisasi sistem pelaksanaan mengenai komitmen organisasi, selain itu peraturan untuk standardisasi dan teknologi yang menuntut pengaplikasian yang berbeda," ungkapnya.

Sementara itu, Executive Vice President (EVP) Perencanaan Koorporat PT PLN (Persero) Hot Martua Baraka mengatakan PLN telah melakukan beberapa proyek percontohan smart grid.

Saat ini, beberapa proyek smart grid sedang berjalan sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 dan telah ditetapkan sebagai salah satu proyek strategis nasional (PSN) sesuai Perpres No 18 Tahun 2020.

"Pada tahap awal, implementasi smart grid berfokus kepada keandalan, efisiensi, customer experience dan produktivitas grid. Sedangkan tahap berikutnya PLN berfokus kepada ketahanan (resiliency), customer engagement, sustainability, dan self-healing," ujar Hot Martua.


Baca juga: Menteri ESDM: Penerapan smart grid jadi opsi penuhi target bauran EBT

Baca juga: Kementerian ESDM: 101 stasiun pengisian kendaraan listrik terbangun

Baca juga: Kementerian ESDM: 125 ribu mobil listrik bakal mengaspal tahun ini

Pewarta: Kelik Dewanto
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2021