Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM bersama PT Angkasa Pura II (Persero) siap menerapkan sistem manajemen energi bersertifikat global di Bandara Soekarno-Hatta (Soetta), Tangerang, Banten.Ini hasil kolaborasi dengan UNDP, sebagai upaya nyata menciptakan energi bersih melalui program konversi energi,
Perumusan sistem manajemen energi ini melibatkan Proyek Market Transformation for Renewable Energy and Energy Efficiency through Design and Implementation of Appropriate Mitigation Actions in Energy Sector (MTRE3)-United Nations Development Programme (UNDP).
"Ini hasil kolaborasi dengan UNDP, sebagai upaya nyata menciptakan energi bersih melalui program konversi energi," kata Kepala Biro Komunikasi Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi dalam keterangannya di Jakarta, Jumat.
Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, lanjutnya, ditargetkan mendapatkan sertifikat global ISO 50001 apabila sudah menetapkan kebijakan energi, tujuan, target energi, rencana aksi, dan proses yang fokus pada efisiensi energi dengan memanfaatkan Energi Baru dan Terbarukan (EBT).
Baca juga: 720 panel surya hiasi atap gedung Bandara Soetta mulai 1 Oktober
Dengan sertifikasi ini Bandara Soetta akan menjadi bandara pertama di kawasan Asia Tenggara berbasis ramah lingkungan (eco-friendly).
Perumusan sistem manajemen energi menjadi bahasan utama dalam kick off meeting Ditjen EBTKE Kementerian ESDM bersama PT Angkasa Pura (AP) II selaku induk pengelola Bandara Soetta pada Kamis (11/2)
Perumusan ini sebagai tindak lanjut penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Ditjen EBTKE Kementerian ESDM dan AP II tentang Penerapan Konservasi Energi dan Pemanfaatan Energi Terbarukan secara Berkelanjutan di Bandara Udara.
Direktur Konservasi Energi Ditjen EBTKE Kementerian ESDM Luh Nyoman Puspa Dewi mengatakan sampai saat ini di Indonesia baru terdapat 113 perusahaan yang mendapat sertifikat global ISO 50001 terdiri atas dua sertifikat diberikan ke bangunan/gedung, 64 sertifikat ke perusahaan industri, dan 47 sertifikat ke perusahaan energi.
Baca juga: Bandar udara akan masif manfaatkan EBT dan terapkan konservasi energi
"Ini bertujuan mencapai penghematan energi dan penurunan gas rumah kaca. Kegiatan ini (sertifikasi ISO 50001) juga dapat berdampak pada kinerja AP II, seperti efisiensi biaya," katanya.
Lebih lanjut Puspa menuturkan konservasi energi menjadi salah satu prioritas utama bagi banyak perusahaan energi dan perusahaan milik negara di Indonesia seiring dengan upaya pemerintah mendorong perusahaan mengadopsi produktivitas lebih baik dengan emisi dan limbah lebih sedikit.
Direktur Utama AP II Muhammad Awaluddin mengatakan penerapan sistem manajemen energi bersertifikat global merupakan pakem baru dalam pengembangan eco-friendly airport dan menekan biaya operasional.
"Kami perlu tata cara, strategi, dan SOP baru. Jangan mengelola hal baru dengan cara lama. Dibutuhkan cara baru untuk mempercepat penerapan eco-friendly airport di bandara AP II. Karena, penggunaan EBT secara masif sudah di depan mata. Apalagi, situasi sulit di tengah pandemi ini memberi kami pembelajaran, dengan ditemukan resep baru pengelolaan bandara yang dapat menekan biaya operasional," ujar Awaluddin.
Ia melanjutkan konservasi energi menjadi prioritas bagi AP II sebagai upaya antisipasi perusahaan terhadap isu perubahan iklim global.
Salah satu langkah yang sudah diambil adalah pemasangan PLTS di gedung Airport Operation Control Center (AOCC) dan layanan taksi listrik yang dioperasikan Grab dan Blue Bird.
Baca juga: Ditjen EBTKE dorong Pemda dan korporasi jadi pelopor konservasi energi
"Bandara Soekarno-Hatta ini akan menjadi point of interest untuk penggunaan energi baru dan terbarukan," tambah Awaluddin.
Sistem manajemen energi untuk Terminal 3 Bandara Soetta ini nantinya juga dapat digunakan di bandara-bandara lainnya.
"Jika sudah memiliki suatu pakem atau standar, maka kami bisa menyesuaikan skalanya untuk diterapkan di bandara lain," ujar Awaluddin.
Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta adalah terminal penumpang pesawat terbesar di Indonesia dengan kapasitas mencapai 25 juta penumpang per tahun.
Sementara itu Manajer Proyek Nasional MTRE3-UNDP Boyke Lakaseru mengatakan pihaknya akan memberikan pendampingan dan dukungan teknis agar Terminal 3 Bandara Soetta dapat memperoleh sertifikat ISO 50001.
Boyke menuturkan ada tiga hal yang akan dilakukan dalam merumuskan sistem manajemen energi untuk meraih sertifikat ISO 50001.
Pertama menentukan kerangka kerja detil dan kerangka waktu. Kedua, pemetaan profil perusahaan terkait energi dan ketiga, laporan pemetaan final energy management system dan sertifikasi ISO 50001 oleh TUV SUD pada tahun pertama.
Baca juga: Delegasi DPR RI dorong penggunaan EBT dan konservasi energi di Parlemen Asia
Pewarta: Kelik Dewanto
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021