"Pemeriksaan COVID-19 kepada anak-anak secara massal ini, tujuannya, selain untuk mengetahui tingkat penyebaran virus mematikan tersebut, juga untuk mempercepat penanggulangan jika ditemukan ada salah satu dari mereka yang tertular COVID-19," kata Kepala Markas PMI Provinsi Sulawesi Barat Lukman di Mamuju, Minggu.
Menurutnya, memang tidak mudah membujuk anak-anak yang tinggal di pengungsian untuk menjalani pemeriksaan COVID-19, ditambah orang tua mereka yang khawatir serta dan masih kurang mengetahui apa itu COVID-19, bahkan ada pula dari mereka yang tidak peduli seakan virus tersebut tidak membahayakan.
Dia menjelaskan, untuk meyakinkan agar anak-anak di pengungsian mau menjalani pemeriksaan COVID-19, pihaknya menggunakan cara, seperti memberikan hiburan, membujuk hingga menyediakan hadiah jika anak tersebut mau menjalani pemeriksaan antigen tersebut.
Dengan cara tersebut, katanya, ternyata cukup banyak anak yang mau menjalani dan apa yang dikhawatirkan mereka tentang pemeriksaan melaui rapid test antigen itu sirna, bahkan secara sadar dan tanpa paksaan satu per satu dari mereka mau menjalani tes cepat antigen.
Pada pemeriksaan tes cepat antigen ini, PMI bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Provinsi Sulbar dan untuk seluruh peralatannya merupakan bantuan dari Partai Golkar. Untuk petugas yang melakukan pemeriksaan berasal dari dinkes, peralatan dari Partai Golkar dan PMI menyiapkan tempat serta mengajak warga untuk menjalani pemeriksaan tes cepat antigen tersebut.
Tidak hanya anak-anak, warga yang berusia dewasa pun diimbau untuk melaksanakan pemeriksaan COVID-19, namun harus diakui dibandingkan dengan anak-anak warga yang usianya sudah dewasa lebih sulit diajak agar mau melaksanakan tes cepat antigen itu.
"Banyak alasan dari mereka untuk menghindari pemeriksaan ini, bahkan ada yang sampai pergi dari pengungsian. Tentunya ini menjadi perhatian bagi PMI agar bisa mengubah pola pikir mereka terkait COVID-19 dan dengan sadar menerapkan protokol kesehatan, apalagi seperti diketahui pengungsian merupakan salah satu lokasi paling rawan penyebaran COVID-19," ujarnya.
Lukman mengatakan untuk target warga yang menjalani pemeriksaan tes cepat antigen ini sebanyak 600 orang dan jika tidak tercapai akan dialihkan ke pengungsian lainnya. Apabila ditemukan adanya pengungsi yang positif, maka tim Satgas Penanganan COVID-19 Provinsi Sulbar akan langsung menanganinya.
Sementara, salah seorang pengungsi yang tinggal di kamp pengungsian terpadu PMI Desa Botteng, Kecamatan Simboro, Suriah (40), mengatakan awalnya dirinya sempat takut menjalani pemeriksaan tes cepat antigen dan ternyata setelah menjalani ia dinyatakan negatif.
"Dikira setelah menjalani pemeriksaan rapid test antigen ini saya mau dibawa ke rumah sakit, ternyata tidak. Sebenarnya saya takut dengan COVID-19, makanya sekarang di pengungsian saya biasakan menggunakan masker," katanya.
Pewarta: Aditia Aulia Rohman
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2021