Pada 2020, jumlah peserta yang mendaftar sebanyak 2.500 peserta dan yang diterima sebanyak 300 mahasiswa yang menyelesaikan program. Pada 2021 kita tingkatkan dari 40.000 peserta yang mendaftar terpilih sebanyak 3.000 mahasiswa
Sebanyak 3.000 mahasiswa akan mengikuti Program Bangkit 2021 yang digagas oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) bekerja sama dengan sejumlah mitra.
“Pada 2020, jumlah peserta yang mendaftar sebanyak 2.500 peserta dan yang diterima sebanyak 300 mahasiswa yang menyelesaikan program. Pada tahun ini, kita tingkatkan dari 40.000 peserta yang mendaftar terpilih sebanyak 3.000 mahasiswa,” kata Dirjen Dikti Kemendikbud, Prof Nizam, dalam pembukaan Bangkit 2021 yang dipantau di Jakarta, Senin.
Program Bangkit atau Bangun Kualitas Manusia Indonesia merupakan program pembinaan talenta digital terampil. Program tersebut selaras dengan kebijakan Merdeka Belajar : Kampus Merdeka, yakni pada konsep kegiatan belajar mahasiswa.
Ia mengatakan dengan mengikuti program tersebut dapat diakui sebagai kegiatan belajar mahasiswa yang setara dengan 20 satuan kredit semester.
Nizam menjelaskan saat ini masa depan sudah ada di depan mata, untuk itu perlu upaya membangun kompetensi mahasiswa yang cakap dalam bidang teknologi.
“Saat ini, kita melihat terjadi disrupsi dengan hadirnya teknologi yang berkembang pesat. Maka lulusan perguruan tinggi juga akan menghadapi tantangan yang tidak lagi sama saat lulus dari perguruan tinggi. Dunia yang dimasuki adalah dunia yang berbeda dengan hari ini. Untuk itu, perlu menyiapkan kompetensi yang sesuai,” katanya.
Mantan Dekan Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada itu menambahkan kemampuan teknologi digital terbukti telah mampu melahirkan perusahaan rintisan yang berkembang pesat. Contohnya dari 10 perusahaan dengan kategori Decacorn, sebanyak lima di antaranya berasal dari Indonesia.
“Untuk itu perlu kita akselerasi agar lebih banyak lagi perusahaan rintisan yang lahir di Indonesia. Perusahaan rintisan yang lahir dari inovasi,” katanya.
Bahkan menurut kajian banyak pihak, dari 10 tahun ke depan penggunaan kecerdasan buatan di Asia Tenggara akan berpeluang menghasilkan nilai ekonomi baru sebesar 360 miliar dolar AS. Potensi tersebut dapat lahir dari para talenta digital di Tanah Air.
Untuk itu, dia mengajak para mahasiswa untuk semangat dan terus mengasah diri melalui program Bangkit tersebut. Sebanyak 15 peserta terbaik akan mendapatkan pelatihan bekerja sama dengan Universitas Stanford, Amerika Serikat.
Kepala Divisi pendidikan Google Asia Pasifik, Wiliam Florance, mengatakan program tersebut sangat penting dalam membangun ekonomi digital Indonesia dengan meningkatkan kemampuan sumber daya manusia.
Pada tahun lalu, program tersebut dimulai diikuti sebanyak 300 orang. Pada 2021 meningkat menjadi 3.000 peserta.
“Jumlah kuotanya 10 kali lebih banyak dari tahun sebelumnya, sementara yang mendaftar 40.000 orang. Mereka terpilih setelah melalui empat tahan seleksi,” katanya.
Florance mengatakan sejumlah anak muda alumni Bangkit 2020 telah merasakan manfaat dari program itu dalam mengembangkan kariernya dibidang digital.
Program Bangkit tersebut dimentori sebagian besar dari praktisi atau sekitar 68,1 persen, sementara 31,8 persen dari akademisi.Para mahasiswa akan dilatih selama kurang lebih sembilan pekan dengan bahasa pengantar adalah bahasa Inggris.
Baca juga: Mahasiswa ikut program Kampus Mengajar dapat biaya hidup dan UKT
Baca juga: Ditjen Dikti gandeng Hutchison 3 Indonesia sedia kuota bagi mahasiswa
Baca juga: Timba ilmu, Kemendikbud terjunkan mahasiswa ke desa via Kampus Merdeka
Pewarta: Indriani
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2021