Yuli ingat betul dirinya yang sedang istirahat bersama anak sulungnya di ruang belakang rumahnya. Hujan turun semenjak siang, membuatnya enggan untuk keluar rumah. Hamil tua, membuatnya pun harus ekstra menjaga kandungannya.
Selama bertahun-tahun mendiami tempat tinggal itu tak terpikirkan akan terjadi musibah seperti ini. Ia dengan keluarga merasa nyaman saja tinggal. Banyaknya keluarga serta tanah kelahiran, membuat dirinya merasa lebih tenang.
Namun, hujan deras kali ini rupanya beda. Hujan deras membawa bencana tanah longsor, menyapu rumah yang ditinggalinya dengan keluarga. Bahkan, nyawanya pun hampir tak selamat.
Bagaimana tidak. Tanah bercampur air menutupi tubuhnya hingga dada. Perutnya yang hamil besar pun, sebisa mungkin dijaga dari reruntuhan material tanah longsor. Sementara, ia pun tidak tahu bagaimana nasib anaknya.
"Saat itu cepat sekali kejadiannya, tahu-tahu longsor," katanya sambil menahan sakit.
Hartini (30), adik Yuli, menyambung kisah malam nahas itu mengatakan beruntung nyawa saudaranya bisa selamat. Anak pertamanya pun juga selamat. Saat kejadian naas tersebut, si anak berlindung di bawah meja, hingga luput dari tumpukan tanah longsor itu.
Diceritakannya, seketika kemenakannya itu langsung mencari ibunya, ketika dirasa longsor sudah berhenti. Listrik padam membuat pencarian tambah susah. Beruntung, akhirnya ketemu. Saudaranya juga masih diberi kesempatan hidup sehingga cepat ditemukan.
Yuli memang masih merasakan nyeri di tubuhnya. Bagian paha terkena paku dan saat kejadian tubuhnya tertimpa material tanah. Ngilu rasanya.
Namun, yang membuat senang adalah kandunganya yang dinyatakan sehat kendati musibah itu hampir merenggut nyawanya. Anggota tubuh Yuli yang sempat terkena paku juga sudah diobati petugas medis. Kini, tinggal pemulihan.
"Dijahit karena tubuhnya kena paku. Alhamdulillah kandungan juga aman, ini sudah delapan bulan," ujar Hartini sambil memandang tubuh kakaknya di ruang perawatan Puskesmas Ngetos.
Rumah Hartini tak jauh dari Yuli dan tak dilanda tanah longsor. Ia kini menjaga saudaranya yang sedang hamil tua itu.
Hartini pun tak menyangka musibah ini bakal terjadi. Bahkan, banyak tetangga saudaranya yang hingga kini belum ditemukan. Mereka masih dalam pencarian petugas.
Ia bersyukur saudaranya berhasil selamat. Juga kemenakannya. Suami Yuli saat kejadian sedang ke luar desa, sehingga ia pun selamat.
Kendati rumah saudaranya rusak berat, Hartini meminta saudaranya fokus memulihkan kesehatan. Ia pun tak ingin Yuli berpikiran yang negatif, karena bisa berpengaruh pada kesehatan janinnya.
Baca juga: Petugas lanjutkan pencarian korban tanah longsor di Ngetos-Nganjuk
Si kembar
Nasib beruntung juga dialami si kembar, Jofansa dan Jofinsa (6). Si kembar ini saat kejadian sedang bermain di rumah temannya. Ibundanya, Fatim sedang membersihkan rumah karena air meluber masuk. Ya, saat itu hujan deras turun sejak siang hingga malam.
Mbah Yatemi (52) mengatakan kedua cucunya ini tinggal dengan dua orang tuanya. Saat kejadian, hanya ada ibu si kembar, Fatim yang di dalam rumah, sedangkan suami Fatim sedang ke luar rumah.
Nahas terjadi tanah longsor, membuat rumah cucunya rata dengan tanah. Hingga kemudian, Fatim dinyatakan hilang.
Yetemi memang tinggal di rumah tak jauh dari rumah cucunya. Namun, rumahnya masih aman dari terjangan tanah longsor. Ia bersyukur kedua cucunya selamat.
Namun, kesedihan Mbah Yatemi tak dapat ditutupi, begitu juga kedua cucunya. Murung wajahnya. Mereka tahu jika ibundanya meninggal dunia. Jenazah sudah berhasil ditemukan pada Senin (15/2) dan dimakamkan di tempat pemakaman desa.
Si kembar juga lebih banyak diam dalam gendongan nenek dan bibinya. Sang ayah juga sedih. Ia langsung memeluk keduanya setelah tiba di tempat pengungsian.
Baca juga: Temuan korban meninggal di Ngetos-Nganjuk bertambah
Fokus pencarian
Petugas gabungan dari BPBD Kabupaten Nganjuk, dengan TNI/polri serta relawan terus melanjutkan pencarian para korban tanah longsor di Dusun Selopuro, Desa/Kecamatan Ngetos, Kabupaten Nganjuk yang hingga kini belum ditemukan.
Data dari Pemkab Nganjuk, jumlah korban yang dilaporkan hilang dalam musibah tanah longsor yang terjadi pada Ahad (14/2) tersebut terdapat 21 orang.
Setelah dilakukan pencarian hingga Senin (15/2) terdapat 11 orang yang berhasil ditemukan. Dari jumlah itu, dua orang berhasil selamat sedangkan sisanya meninggal dunia.
Dusun Selopuro, Desa Ngetos, tersebut dihuni cukup banyak penduduk. Terdapat 186 orang yang tinggal di dusun yang berada di kawasan lereng perbukitan tersebut.
Lingkungan yang subur membuat mayoritas warga bertani. Namun, tak sedikit yang memilih merantau. Terdapat 25 orang yang kini memilih merantau ke luar desa mereka, demi kehidupan yang lebih baik.
Akhir pekan dimanfaatkan keluarga untuk berkunjung ke rumah saudaranya. Saat kejadian, Ahad, terdapat 18 orang yang datang ke dusun itu, terdiri dari 14 orang dewasa dan sisanya anak-anak. Namun, data yang dilaporkan seluruh pendatang itu dalam kondisi sehat.
Bencana memang tak kenal usia maupun kondisi. Bukit setinggi hampir 50 meter memang berdiri tegak di belakang rumah para korban itu. Bukit itu pun longsor karena hujan deras.
Wakil Bupati Nganjuk Marhaen Djumadi mengatakan pencarian memang fokus pada satu titik. Rumah yang terkena tanah longsor saling berjejer, sehingga petugas pun tak kesulitan.
Guna memudahkan pencarian, tiga eskavator diturunkan. Namun, pencarian hari kedua, Selasa (16/2) jumlah eskavator bertambah dua, sehingga kini total lima.
Ia berharap seluruh korban bisa secepatnya ditemukan.
"Kami fokuskan pencarian korban yang belum ditemukan. Lokasi satu titik, jadi agak enak (pencarian)," kata dia.
Baca juga: Dua warga Ngetos-Nganjuk korban longsor ditemukan meninggal
Tempat singgah
Bupati Nganjuk Novi Rahman Hidayat sebelumnya sudah menginstruksikan kepada camat agar warga di lokasi rawan bencana Desa Ngetos segera mengungsi sebelum musim hujan. Bahkan, instruksi juga ditegaskan lagi beberapa waktu sebelum musibah itu terjadi.
Hal itu dilakukan karena dikhawatirkan terjadi tanah longsor. Namun, warga masih enggan. Hingga akhirnya kejadian tersebut terjadi, pada Ahad malam.
Pemkab Nganjuk juga tetap berupaya keras melakukan pencarian para korban. Melibatkan para personel BPBD, TNI/Polri Kabupaten Nganjuk hingga para relawan.
Pihaknya sudah meminta warga yang di lokasi rawan bencana untuk dievakuasi ke tempat yang lebih aman. Ke depan, akan diupayakan lokasi alternatif untuk tempat tinggal.
Dia juga menginstruksikan seluruh pemda terkait maupun TNI/Polri untuk bahu membahu dan menyiapkan seluruh potensi masyarakat, membuka dapur umum dan menyediakan tenda khusus.
Harapannya ke depan, peristiwa seperti ini tidak terulang, pemda dan masyarakat dari awal sudah memitigasi potensi bencana serta memperhatikan daya dukungan alam agar korban tewas tak jatuh lagi.*
Pewarta: Asmaul Chusna
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021