"Semua bergantung pada gambaran klinis dari kanker mereka, dokter mungkin merekomendasikan pendekatan pengobatan yang berbeda," kata konsultan senior yang memiliki minat khusus pada kanker payudara dan ginekologi itu dalam Webinar yang digelar di Semarang, Rabu.
Baca juga: Onkolog: Satu dari delapan perempuan berisiko terkena kanker payudara
Baca juga: Kanker payudara mulai menyasar generasi milenial
Menurut dia, pembedahan sering diresepkan sebagai pengobatan utama penderita kanker. Padahal, pasien terkadang bisa memperoleh manfaat dari kemoterapi neo-adjuvant untuk mengecilkan tumor kanker sebelum pembedahan untuk hasil yang jauh lebih baik.
Menurut dia, kanker payudara, mulut rahim (serviks), dan rahim (ovarium) merupakan jenis kanker yang banyak menimpa perempuan, adapun pada pria kebanyakan terjadi kasus kanker paru-paru, hati, dan usus besar (kolorektal).
Ia menuturkan dengan tingkat kematian mencapai 59 persen, sangatlah penting untuk mengetahui seluk beluk tentang kanker, penyebab, tanda kemunculan, gejala, serta pengobatannya.
Ia mencontohkan kanker payudara pada fase lebih dini dapat diobati secara efektif dan berpotensi dapat disembuhkan dengan operasi, kemoterapi, terapi hormonal, terapi bertarget, serta radioterapi.
Pada kanker serviks, kata dia, vaksinasi Human Papillomavirus (HPV) juga diketahui dapat mengurangi risiko kanker secara signifikan pada wanita karena merangsang kekebalan.
"Meskipun kanker yang menyerang wanita terlihat sangat menakutkan, kemajuan teknologi medis yang lebih baik memungkinkan dokter menawarkan strategi pengobatan yang menghasilkan hasil klinis yang lebih baik," katanya.
Baca juga: Kasus kanker payudara dan leher rahim masih paling tinggi di Indonesia
Pewarta: Immanuel Citra Senjaya
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2021