Ketua IPI Pris Poly Lengkong mengatakan pemulung kerap kali dipandang negatif karena dianggap ilegal dan liar. Karenanya pihaknya kini menciptakan sebuah aplikasi digital yang membantu pengolahan sampah agar lebih efektif untuk meningkatkan harkat dan martabat para pemulung.
"Padahal selama ini pemulung merupakan orang yang mendedikasikan setiap saat waktunya untuk membersihkan sampah orang lain. Pemulung adalah pahlawan 3R (reduce, reuse, dan recycle) yang ironisnya 3R itu merupakan amanat dari UU Pengolahan Sampah," kata Pris di Bandung, Jawa Barat, Rabu.
Aplikasi tersebut, kata dia, merupakan hasil kolaborasi kelompok pegiat lingkungan, yakni Greeny dengan IPI. Menurutnya aplikasi tersebut bakal banyak berkontribusi untuk mengatasi persoalan sampah.
Menurutnya pola hubungan pemulung terjadi dalam dua dimensi, yakni horizontal dan vertikal. Para pemulung itu memiliki relasi langsung dengan pelapak atau bandar, lalu secara vertikal pemulung itu berhubungan tidak langsung juga dengan industri.
Melalui aplikasi itu, menurutnya, para pemulung bisa memasuki era Teknologi 4.0, di mana mereka bisa bekerja dengan lebih layak, mulai dari menggunakan seragam, kendaraan untuk mengambil sampah (bentor), dan gawai yang memadai serta penghasilan yang lebih baik.
"Selain itu, Pemulung 4.0 nantinya akan dibuat lebih beredukasi untuk menjamin kenyamanan masyarakat," katanya.
Sementara itu Founder Greeny Boy Tjakra mengatakan penyelesaian masalah sampah yang paling efektif itu dengan mengubah sistem kerja ke arah digitalisasi.
"Dengan digitalisasi dan menaikkan derajat para pemulung atau tukang sampah. Kami yakin dengan begitu maka pengolahan sampah bisa jauh lebih efektif," kata Boy.
Pewarta: Bagus Ahmad Rizaldi
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2021