"Ada sebanyak 19 relawan yang dikirim ACT Madiun untuk membantu penanganan bencana di Nganjuk. Mereka bergabung dengan para relawan 'Emergency Respond Management' (ERM) yang berasal dari Madiun, Surabaya, Kediri, dan Malang," ujar Komandan Aksi ERM Masyarakat Relawan Indonesia (MRI)-ACT Madiun Aferu Fajar di Madiun, Rabu.
Menurut dia, dalam penanganan bencana tersebut relawan ERM MRI-ACT Madiun dibagi menjadi dua tim yang turun di wilayah terdampak banjir dan longsor.
Baca juga: ACT salurkan bantuan biaya hidup guru di Maluku
Untuk wilayah banjir yang sudah mulai surut, para relawan membantu dalam pembersihan sisa lumpur dan kotoran, sedangkan untuk wilayah longsor di Desa Ngetos hingga kini masih dilakukan pencarian korban yang belum ditemukan.
"Pembagian tim dilakukan karena peristiwa banjir dan longsor tidak terjadi dalam satu daerah. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi kerumunan para relawan dibagi sesuai tupoksinya," kata Aferu Fajar.
Baca juga: ACT NTB siapkan bantuan air bersih untuk korban banjir
Rencananya tim ACT-MRI Madiun akan berada di lokasi bencana hingga beberapa hari. Para relawan tidak hanya membantu dalam proses evakuasi korban, namun juga melakukan pendampingan dan pemulihan kondisi para korban. Utamanya adalah mental anak-anak dan keluarga yang ditinggalkan serta kehilangan rumah.
Diketahui, hujan dengan intensitas sedang sampai tinggi pada Minggu (14/2) yang terjadi sekitar pukul 15.00 WIB sampai 19.00 WIB, mengakibatkan tebing longsor di Dusun Selopuro Desa Ngetos Kecamatan Ngetos Kabupaten Nganjuk pada pukul 18.00 WIB.
Baca juga: 15 ton logistik bantuan dikirim ACT Sumsel ke Sulbar dan Kalsel
Data BPBD Nganjuk menyebut jumlah penduduk yang terdampak bencana longsor di Nganjuk adalah 186 orang. Dari jumlah itu, 21 orang tertimbun tanah longsor tersebut.
Sementara itu, untuk hasil pencarian pada Rabu (17/2) dari 21 orang yang sebelumnya dinyatakan hilang terdapat 15 orang sudah ditemukan. Dari jumlah 15 orang itu, dua orang selamat dan 13 orang meninggal dunia. Masih ada enam orang yang belum ditemukan dan tertimbun tanah.
Pewarta: Louis Rika Stevani
Editor: Heru Dwi Suryatmojo
Copyright © ANTARA 2021