Apakah gluten berbahaya bagi lambung?

18 Februari 2021 17:59 WIB
Apakah gluten berbahaya bagi lambung?
Ilustrasi - Sakit maag. ANTARA/Shutterstock.
Dokter gastroenterologi, pendiri dan Ketua Yayasan Gastroenterologi Indonesia Prof. dr. Abdul Aziz Rani, SpPD, K-GEH mengatakan gluten atau komponen yang sering ditemukan dalam biji-bijian, seperti gandum, jelai, dan sebagainya, tidak memberi dampak secara langsung terhadap lambung, tapi bisa menimbulkan reaksi pada pencernaan orang yang sensitif terhadap gluten.

"Gejalanya biasanya ada keluhan diare, tanda gangguan pencernaan," kata Aziz yang pernah menjabat ketua tim dokter kepresidenan Joko Widodo dan Jusuf Kalla, dalam webinar kesehatan, Kamis.

Kendati demikian, efeknya tidak terlalu kentara di lambung karena reaksinya terjadi saat proses pencernaan. "Untuk lambung secara spesifik tidak ada hubungan secara langsung," lanjut dia.

Baca juga: Beda penyakit radang usus kronis dan GERD

Baca juga: Ashraf Sinclair meninggal karena serangan jantung dipicu GERD? Ini faktanya


Pengurus Yayasan Gantroenterologi Indonesia, dokter Rabbinu Rangga Pribadi, menambahkan gluten hanya bersifat merusak kepada orang yang sensitif terhadap gluten, yakni mereka yang mengidap penyakit celiac.

Kondisi autoimun ini dipicu konsumsi makanan yang mengandung gluten, menyebabkan reaksi inflamasi di usus kecil. Sebanyak 1 dari 100 orang di seluruh dunia memiliki penyakit celiac. Ketika dialami dalam jangka waktu yang lama, kondisi ini merusak lapisan usus kecil dan menghentikannya menyerap nutrisi.

Pada penyakit ini, tubuh jadi bereaksi setelah mengonsumsi gluten dan menimbulkan reaksi seperti diare, anemia atau lemas. Sebab, sistem pencernaan tidak bisa menyerap nutrisi makanan secara sempurna.

"Biasanya usus halus mengalami kerusakan kaerna adanya mekanisme kekebalan tubuh yang menyerang usus akibat asupan gluten," jelas staf medik Divisi Gastroenterologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSCM-FKUI.

Dia menyimpulkan, gluten tidak berhubungan dengan penyakit GERD atau maag, tapi berkaitan dengan penyakit celiac.

Sementara itu, GERD (Gastroesophageal reflux disease) terjadi ketika katup antara kerongkongan dan lambung longgar, sehingga asam lambung naik ke kerongkongan. Pasien juga bisa merasakan panas di dada, iritasi kerongkongan dan refluks yang terjadi dalam jangka panjang.

Baca juga: Dampak buruk langsung tidur usai sahur, GERD hingga stroke

Baca juga: Penderita sakit maag jangan dulu santap makanan ini Ramadhan

Baca juga: Manfaat bawang merah, melindungi mata hingga cegah sakit maag


 

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021