• Beranda
  • Berita
  • Pentingnya posisi tangan bersepeda demi cegah "cyclist's palsy"

Pentingnya posisi tangan bersepeda demi cegah "cyclist's palsy"

21 Februari 2021 12:03 WIB
Pentingnya posisi tangan bersepeda demi cegah "cyclist's palsy"
Dokumentasi - Atlet sepeda nasional Prio Susanto (tengah) menjelaskan teknik melintasi table top ketika memberi pelatihan singkat kepada anggota JournalistMTB dan komunitas lainnya di kawasan hutan UI, Depok, Sabtu (30/1/2016). Pelatihan singkat yang diikuti sejumlah komunitas pecinta sepeda gunung (MTB) itu guna bersepeda dengan benar dan aman. ANTARA FOTO/Saptono/Spt/aa.

Saat Anda bersepeda, perhatikan posisi tangan mulai dari siku hingga telapak karena apabila salah bisa meningkatkan risiko terjadinya cyclist’s palsy yang biasanya diawali jari manis dan kelingking tidak nyaman.

Dokter Spesialis Bedah Ortopedi dan Traumatologi lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI)-RSCM, Oryza Satria mengatakan, kondisi itu biasanya akibat ulnar nerve, saraf yang mempersarafi kelingking dan jari manis, dan melewati pergelangan tangan melalui sebuah terowongan (Guyon canal), tertekan akibat terlalu lama berpegangan dengan handle bar.

Cyclist’s palsy kerap disamakan dengan CTS (carpal tunnel syndrome). Namun, keduanya berbeda. Gejala CTS terjadi pada ibu jari, jari telunjuk, jari tengah, dan sebagian jari manis, sementara gejala cyclist’s palsy hanya pada jari manis dan kelingking saja.

Gejala cyclist’s palsy juga spesifik terjadi saat atau setelah Anda bersepeda. Anda akan mengalami kebas, kesemutan, nyeri, kram, atau kelemahan pada kedua jari Anda. Hal ini dapat mengakibatkan kekuatan genggaman menjadi lemah. Gejala ini pun akan berbeda-beda pada setiap orang, tergantung tingkat keparahannya.

“Gangguan sensorik seperti kesemutan dan mati rasa pada jari manis dan jari kelingking akan terasa dan mudah hilang 1 – 2 hari setelah bersepeda,” kata Oryza yang berpraktik sebagai dokter spesialis bedah ortopedi konsultan hand & microsurgery di RS Pondok Indah - Bintaro Jaya itu dalam keterangan tertulisnya melalui surat elektronik, ditulis Minggu.

Gejala motorik yang tampak, antara lain jari kelingking dan jari manis yang sulit diluruskan (claw hand), massa otot di antara ibu jari dan telunjuk terlihat kempes, serta kesulitan melebarkan dan menutup jari-jari (melakukan gerakan abduksi dan aduksi jari), hingga dapat menimbulkan cedera berat sampai adanya abnormalitas.

Saat bersepeda, sebaiknya tekuk sedikit siku Anda dan usahakan telapak tangan menggenggam handlebar atau rem sekaligus. Posisikan bahu mengikuti alur yang dibentuk tangan dan punggung.

Tak hanya posisi tangan, Anda juga perlu memposisikan kepala mengikuti alur tulang belakang yang terbentuk oleh lengkungan panggul. Arahkan mata ke depan dan rilekskan tulang leher Anda untuk menghindari cedera saat bersepeda.

Apabila Anda sedang bersepeda dalam keadaan cepat, maka tundukkan punggung Anda, tetapi apabila track sedang menurun, tegakkan kembali punggung Anda. Sedangkan untuk posisi kaki, apabila pedal sedang berada di bawah kaki Anda, maka tekuklah sedikit kaki Anda. Sesuaikan tinggi pedal dengan kaki Anda (yang masih dapat ditekuk sedikit) hingga kaki terasa nyaman ketika menggowes.

Baca juga: Bersepeda menjelajah nusantara, cara Maahir mencintai Indonesia

Baca juga: Tips aman bersepeda untuk penderita sakit jantung


Penyebab dan pencegahan

Menurut Oryza, penyebab seseorang mengalami cyclist’s palsy saat atau setelah bersepeda bermacam-macam, salah satunya tekanan yang terlalu besar atau lama pada tangan, mengakibatkan tekanan pada saraf ulnaris atau terhambatnya aliran darah ke saraf tersebut.

Selain itu, posisi pergelangan tangan yang ekstensi (ketika pergelangan tangan mengarah ke atas dan keluar ke arah jam 12 bukan ke dalam yang seperti menggenggam), sehingga mengakibatkan regangan pada saraf.

Penyebab lainnya, kurangnya kekuatan otot inti (core muscle) dan kelelahan, yang mengakibatkan beban sebagian besar bertumpu pada tangan, penggunaan sarung tangan, atau bantalan yang tipis atau sudah rusak/aus.

Di sisi lain, tekanan ban sepeda terlalu tinggi, penggunaan ban yang kecil dan tipis yang menyebabkan timbulnya getaran berlebih pada tangan serta posisi duduk terlalu tinggi atau stang (handlebar) terlalu rendah sehingga beban tubuh banyak ditopang tangan juga bisa menjadi penyebab.

Oryza mengatakan, cyclist’s palsy biasanya muncul ketika bersepeda dalam jangka waktu lama. Misalnya ketika Anda bersepeda menuruni bukit, sebagian besar bobot tubuh akan ditopang oleh tangan dan menyebabkan adanya beban yang lebih tinggi di jari-jari tangan Anda.

Apabila gejala cyclist’s palsy berlanjut dan tidak ditangani, maka dapat menjadi kondisi yang permanen dan carpal tunnel syndrome. Oleh karena itu, penting sekali memeriksakan diri ke dokter spesialis bedah ortopedi konsultan hand & microsurgery agar penanganan yang dilakukan dapat dilakukan sedini mungkin.

Tips hindari kena cyclist’s palsy

Agar aktivitas bersepeda menjadi lebih aman dan terhindar dari risiko cyclist’s palsy, Anda dapat melakukan langkah-langkah berikut:

1. Gunakan bantalan yang baik pada handlebar atau tangan. Anda juga dapat menggunakan gloves atau sarung tangan untuk melindungi tangan dari tekanan yang besar saat bersepeda. Semakin tebal sarung tangan Anda, maka akan semakin baik melindungi.
2. Sesuaikan posisi handlebar dengan tangan dalam posisi yang senyaman mungkin
3. Posisi pergelangan tangan sebaiknya lurus, tidak hiperekstensi
4. Apabila bersepeda jarak jauh atau durasi yang lama, cobalah ganti-ganti posisi tangan pada handlebar
5. Pastikan memilih ukuran sepatu yang tepat dan menyesuaikan posisi sadel dan handlebar demi mendapatkan posisi duduk yang baik
6. Jangan lupa menerapkan konsep VDJ saat bersepeda, yaitu: Ventilasi, Durasi, Jarak. Menjaga jarak saat bersepeda dapat mengurangi dampak penularan virus COVID-19 yang seandainya dimiliki oleh teman bersepeda Anda.

Olahraga bersepeda memiliki segudang manfaat untuk kesehatan. Apabila Anda melakukannya selama 30 menit setiap hari, Anda sudah dapat membantu menurunkan risiko penyakit metabolik, meningkatkan kreativitas dan daya ingat, serta menurunkan tingkat kecemasan dan depresi seiring dengan meningkatnya kadar hormon endorfin dalam tubuh.

Olahraga ini juga dapat membantu tubuh lebih rileks dan meningkatkan kualitas tidur, sehingga membantu mempertahankan berat badan. Hal senada juga diungkapkan pelatih triathlon sekaligus ahli fisiologi olahraga klinis, Marques Garcia.

Menurut dia, bersepeda walaupun tidak secepat saat berlari untuk membakar kalori bisa membantu menurunkan berat badan. Sebuah studi tahun 2013 dan tinjauan penelitian tahun 2019 menemukan, bersepeda dalam ruangan, bila dikombinasikan dengan praktik makan sehat direkomendasikan untuk membantu orang menurunkan berat badan.

Bersepeda di pagi hari dapat membantu memastikan tubuh kita terpapar sinar matahari dan mendapatkan manfaat dari vitamin D. Tak heran dengan begitu banyak manfaat, bersepeda semakin digandrungi di masa sekarang.

Oryza mengingatkan, agar sesi bersepeda Anda semakin berdampak baik untuk tubuh, jangan lupa perhatikan posisi atau postur tubuh yang baik. Posisi tubuh yang baik ketika bersepeda juga menjadi hal penting ketika kita ingin terhindar dari cedera.

Baca juga: Ikuti panduan ini agar aman saat bersepeda

Baca juga: Bersepeda versus lari, mana yang lebih bagus untuk Anda?

Baca juga: Bersepeda itu bukan sekadar olah raga

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021