"Standar operasional prosedur (SOP) menyurutkan banjir dalam enam jam yang dikatakan Pak Gubernur nyatanya tidak berlaku di sini. Banjir di RW 04 sudah beberapa kali pasang surut sejak Jumat (19/2)," kata warga RT 05'RW 04 Suparjo (50) di Jakarta, Ahad.
Hingga Ahad sore ketinggian permukaan air di kawasan permukiman berpopulasi 2.321 jiwa itu masih menyisakan ketinggian 50 sentimeter dari semula mencapai 3-4 meter, tepatnya di sisi saluran air Kali Sunter.
Permukaan air di saluran yang memisahkan Jalan Tol Halim dengan rumah penduduk di RW 04 masih ada limpasan meski cuaca panas.
Sebagian rumah warga yang berdekatan dengan saluran air masih terendam banjir hingga masuk ke seluruh ruangan.
Suparjo yang tinggal di lokasi tersebut sejak 1988 memahami penyebab banjir yang rutin setiap tahun selama musim hujan.
"Di sini setiap musim hujan ya begini (banjir masuk rumah). Penyebabnya ya cuma satu, saluran air di belakang ini tidak pernah dikeruk. Malah cuma dikasih kawat bronjong (batu kali diikat kawat) aja. Malahan batu itu jadi sarang ular," katanya saat sibuk membersihkan lantai rumah dari lumpur.
Baca juga: Legislator harapkan perbaikan "sheet pile" Kali Angke jadi prioritas
Baca juga: Hari ini masih ada 17 RW di DKI Jakarta yang tergenang banjir
Rumah Suparjo berada pada posisi tegak lurus dengan tikungan aliran air. Saat terjadi peningkatan debit, banjir langsung menerjang rumahnya.
Upaya menyurutkan banjir di lingkungan setempat sebenarnya telah optimal dilakukan otoritas terkait. Salah satunya Suku Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Jakarta Timur yang terus menyedot genangan air menggunakan tujuh unit mesin pompa sejak Sabtu (20/2) sore.
Selang pompa diarahkan dari permukiman penduduk yang banjir untuk disedot dan dibuang ke aliran Kalimalang. Namun hujan yang berulang kali mengguyur kawasan setempat membuat sungai kembali meluap.
Warga lainnya, Sugih (42) berharap upaya penanggulangan banjir di Cipinang Melayu dilakukan dengan cara mengeruk sedimentasi dasar sungai serta membebaskan lahan bantaran untuk serapan air.
"Selain itu kalau bisa di setiap jembatan sungai ada petugasnya untuk evakuasi sampah. Kalau dibiarkan menumpuk di jembatan pasti meluap," katanya.
Pria yang berprofesi sebagai pedagang warung kelontong itu mengaku menderita rugi hingga Rp10 juta akibat barang dagangan terendam banjir.
"Sekarang kalau dihitung ada Rp10 jutaan (rugi). Tiga karung beras aja udah ketahuan Rp500 ribu. Belum rokok-rokok yang hanyut sama dus makanan ringan dan minuman," katanya.
Baca juga: Jalan utama Jakarta sudah bebas dari luapan Kali Krukut
Baca juga: Polsek Kembangan bagikan ratusan makanan siap saji
Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2021