Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman April menetap di 65,24 dolar AS per barel, bertambah 2,33 dolar AS atau 3,7 persen di London ICE Futures Exchange.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Maret melonjak 2,25 dolar AS atau 3,8 persen, menjadi ditutup di 61,49 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Kontrak acuan minyak mentah AS untuk pengiriman Maret berakhir pada Senin (22/2/2021), dan kontrak April yang lebih banyak diperdagangkan naik tajam 2,44 dolar AS atau 4,1 persen, menjadi 61,70 dolar ASper barel.
Produsen-produsen AS menutup produksi minyak antara dua juta hingga empat juta barel per hari karena cuaca dingin di Texas dan negara bagian-negara bagian penghasil minyak lainnya, serta kondisi dingin yang tidak biasa dapat merusak instalasi yang dapat membuat produksi tak beroperasi lebih lama dari yang diharapkan.
Produsen minyak serpih di wilayah tersebut dapat membutuhkan setidaknya dua minggu untuk sepenuhnya memulai kembali produksi normal, kata beberapa sumber, karena penilaian kerusakan dan gangguan listrik memperlambat pemulihan mereka.
"Kehilangan yang signifikan dari produksi minyak mentah dan bensin menunjukkan lebih banyak kenaikan dan kemungkinan tertinggi baru boleh jadi dalam rentang waktu satu minggu," kata Jim Ritterbusch dari konsultan Ritterbusch and Associates.
Namun dia mengingatkan bahwa dengan kapasitas penyulingan yang terbatas, harga dapat mengalami tekanan jika penyulingan membutuhkan waktu berminggu-minggu untuk kembali normal.
Crack spread (perbedaan antara harga minyak mentah dan produk minyak yang hasil ekstraksi), indikator margin penyulingan telah turun 5,0 persen.
Untuk pertama kalinya sejak November, perusahaan-perusahaan pengeboran AS memangkas jumlah rig minyak yang beroperasi karena cuaca dingin dan salju menyelimuti Texas, New Mexico, dan pusat-pusat penghasil energi lainnya, menandakan pasokan yang lebih ketat di waktu mendatang.
Produsen minyak OPEC+ akan bertemu pada 4 Maret, dengan sumber-sumber mengatakan kelompok tersebut kemungkinan akan mengurangi pembatasan pasokan setelah April mengingat pemulihan harga, meskipun setiap peningkatan produksi kemungkinan akan moderat mengingat ketidakpastian yang masih ada atas pandemi.
"Arab Saudi sangat ingin mengejar harga yang lebih tinggi untuk menutupi biaya impas sosial sekitar 80 dolar AS per barel sementara Rusia sangat fokus pada pengurangan pemotongan saat ini dan kembali ke produksi normal," kata kepala analis komoditas SEB, Bjarne Schieldrop.
Baca juga: Minyak jatuh lagi, Texas siap mulai produksi, WTI di bawah 60 dolar
Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2021