Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman April turun tipis tiga sen menjadi menetap di 61,67 dolar AS per barel, masih mendekati level tertinggi sejak Januari 2020. Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman April ditutup naik 13 sen atau 0,2 persen, menjadi 65,37 dolar AS per barel.
Kedua kontrak tersebut sempat naik lebih dari satu dolar AS sebelum mundur kembali. Reaksi pasar ini menyusul kenaikan tajam sehari sebelumnya (Senin, 22/2/2021) yang melihat WTI dan Brent melonjak masing-masing 3,8 persen dan 3,7 persen.
Para produsen dan penyuling minyak serpih di Amerika Serikat bagian selatan perlahan-lahan melanjutkan produksi setelah 2,0 juta barel per hari (bph) produksi minyak mentah dan hampir 20 persen dari kapasitas penyulingan AS ditutup karena badai musim dingin minggu lalu.
Lalu lintas di alur kapal Houston perlahan kembali normal. Namun, produksi tidak diperkirakan segera dimulai kembali dan beberapa produsen serpih memperkirakan produksi minyak yang lebih rendah pada kuartal pertama.
Beberapa produksi minyak mungkin tidak akan pernah kembali, pedagang komoditas Trafigura mengatakan pada Selasa (23/2/2021).
Setelah cuaca dingin, stok minyak mentah AS juga terlihat turun untuk minggu kelima berturut-turut, sementara persediaan produk olahan juga menurun minggu lalu, sebuah jajak pendapat Reuters menunjukkan.
“Tampaknya musim dingin yang parah minggu lalu dan pemadaman listrik di Texas dapat mempengaruhi data mingguan EIA hingga pertengahan bulan depan,” kata Jim Ritterbusch, presiden Ritterbusch and Associates di Galena, Illinois.
Produksi minyak mentah AS diperkirakan akan pulih perlahan karena akan membutuhkan beberapa waktu bagi produksi minyak Texas untuk kembali normal setelah gangguan yang disebabkan oleh cuaca beku.
"Sejauh ini, kurang dari setengahnya telah kembali beroperasi, yang kemungkinan akan membebani pasokan baik di dalam maupun di luar Texas," kata Eugen Weinberg, analis energi di Commerzbank Research, dalam sebuah catatan pada Selasa (23/2/2021).
Ada juga kekhawatiran atas pemulihan ekonomi AS, yang menurut ketua Federal Reserve Jerome Powell, tetap "tidak merata dan jauh dari selesai."
Dia mengatakan pihaknya akan butuh "beberapa waktu" sebelum bank sentral mempertimbangkan untuk mengubah kebijakan yang diadopsi untuk membantu negara kembali ke pekerjaan penuh.
Analis Commerzbank, Eugen Weinberg mengatakan kenaikan harga minyak baru-baru ini didukung oleh perkiraan harga yang optimis dari para pialang AS.
Goldman Sachs memperkirakan harga Brent akan mencapai 70 dolar AS per barel pada kuartal kedua dari 60 dolar AS yang diperkirakan sebelumnya, dan 75 dolar AS pada kuartal ketiga dari perkiraan sebelumnya 65 dolar AS.
Morgan Stanley, yang memperkirakan Brent akan mencapai 70 dolar AS pada kuartal ketiga, mengatakan kasus baru COVID-19 turun sementara "statistik mobilitas keluar dari titik terendah dan mulai meningkat".
Bank of America mengatakan harga Brent sementara bisa melonjak menjadi 70 dolar AS pada kuartal kedua.
Baca juga: Emas tergerus 2,5 dolar, investor pertimbangkan kesaksian ketua Fed
Baca juga: Saham Inggris "rebound", indeks FTSE 100 terangkat 0,21 persen
Baca juga: IHSG ditutup menguat, terkerek saham infrastruktur
Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2021