Serangan udara itu tampaknya merupakan pembalasan terhadap serangan roket ke beberapa posisi AS di Irak.
Meskipun serangan itu mungkin tindakan pembalasan pertama oleh Amerika Serikat setelah serangan pekan lalu, ruang lingkupnya tampaknya terbatas, dan berpotensi menurunkan risiko peningkatan ketegangan.
Selain itu, keputusan untuk melakukan serangan hanya di Suriah dan bukan di Irak akan memberi pemerintah Irak ruang bernapas saat harus melakukan penyelidikan sendiri atas serangan pada 15 Februari yang melukai sejumlah warga AS.
Para pejabat itu, yang menjadi narasumber tanpa disebutkan namanya, mengatakan serangan tersebut disetujui oleh Presiden Joe Biden. Namun, Pentagon belum menanggapi permintaan komentar.
Serangan balasan militer AS telah terjadi beberapa kali dalam beberapa tahun terakhir.
Serangan roket terhadap posisi AS di Irak terjadi ketika Washington dan Teheran mencari cara untuk kembali ke kesepakatan nuklir 2015, yang ditinggalkan oleh mantan Presiden AS Donald Trump.
Dalam serangan 15 Februari, sejumlah roket menghantam pangkalan militer AS yang bertempat di Bandara Internasional Erbil di wilayah yang dikelola Kurdi. Serangan itu menewaskan satu pekerja kontrak non-Amerika dan melukai sejumlah kontraktor Amerika dan anggota layanan AS.
Beberapa hari kemudian, serangan lain menghantam pangkalan yang menampung pasukan AS di utara Baghdad hingga melukai sedikitnya satu kontraktor.
Sumber: Reuters
Baca juga: Sekitar 600 prajurit AS masih akan berada di Suriah
Baca juga: Presiden Turki: AS tidak penuhi kesepakatan Suriah
Baca juga: Turki sepakat bentuk pusat operasi gabungan dengan AS terkait Suriah
Upaya Indonesia hentikan konflik AS-Iran
Pewarta: Yuni Arisandy Sinaga
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2021