dr. Andi Nusawarta, M.Kes, Sp.OT (K), subspesialis bidang Sports Injury dan Arthroskopi di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) mengatakan pemijatan dapat menyebabkan meningkatnya perdarahan dan bengkak pada daerah yang cedera, bahkan berpotensi memperberat dan memperlambat masa penyembuhan.
"Penderita cedera jangan dipijit karena itu akan menambah perdarahan dan pembengkakan apalagi kalau tiga hari pertama, itu akan makin jadi bengkaknya," kata dr. Andi dalam bincang-bincang virtual "Olahraga Optimal Bebas Cedera", Jakarta, Jumat.
Baca juga: Tips redakan pegal tanpa pijat ala Eriska Rein
Baca juga: Pijat setelah melahirkan kembalikan kebugaran
Andi mengatakan boleh saja melakukan pemijatan asalkan sudah tidak terjadi pembengkakan.
"Kalau mau pemijatan jangan di awal-awal tapi kalau tanda-tanda inflamasi sudah hilang tidak apa-apa," ujar dr. Andi.
Untuk meminimalkan risiko cedera otot, sendi, dislokasi hingga patah tulang perlu melakukan pemanasan dan pendinginan saat berolahraga.
"Cedera terjadi karena pemanasan dan pendinginan yang tidak memadai, intensitas, frekuensi, durasi dan jenis latihan yang tidak sesuai," kata dr. Andi.
"Selain itu bisa juga karena kelainan struktur misal panjang tungkai tidak sama, sendi dan ligamen lemah," imbuhnya.
Selama masa pandemi, banyak orang yang memilih berolahraga di rumah dengan mengikuti latihan-latihan dari YouTube ataupun televisi. Menurut dr. Andi hal tersebut tidaklah salah asalkan tidak memaksakan diri.
"Yang perlu diwaspadai adalah gerakan-gerakan yang tidak terbiasa dilakukan. Misal mau senam, yang kita lihat di YouTube kan orangnya sudah terbiasa kalau kita baru mulai, kadang belum mahir," ujar dr. Andi.
dr. Andi melanjutkan, "Yang harus diwaspadai tingkatkan intensitasnya secara perlahan, kalau ngikutin kecepatannya susah, kita lambat enggak apa-apa."
Baca juga: Sebelum obat, pijat ringan bisa jadi cara awal atasi sakit kepala
Baca juga: Sebelum memijat bayi, mood ibu harus dijaga
Baca juga: Memijat bayi tidak perlu ke dukun pijat, kata dokter
Pewarta: Maria Cicilia
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021