Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menyatakan, bantuan cold storage atau gudang beku kepada sejumlah UMKM pengolahan ikan merupakan upaya menanggulangi dampak pandemi terhadap kondisi perekonomian UMKM tersebut.Bantuan ini merupakan bagian dari stimulus penanggulangan dampak ekonomi COVID-19 yang diberikan untuk menghindari penurunan kualitas atau mutu dan harga ikan yang drastis di tingkat nelayan atau pembudidaya
"Bantuan ini merupakan bagian dari stimulus penanggulangan dampak ekonomi COVID-19 yang diberikan untuk menghindari penurunan kualitas atau mutu dan harga ikan yang drastis di tingkat nelayan atau pembudidaya," kata Trenggono dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu.
Menurut dia, tujuan dari bantuan tersebut dalam rangka untuk menjamin tersedianya pasokan bahan baku bagi UMKM pengolahan ikan sekaligus konsumsi ikan.
Melalui sarana penyimpanan beku itu ia berharap bisa dimanfaatkan untuk menyimpan kelebihan produksi saat musim puncak sekaligus menjaga harga agar tetap stabil di tingkat nelayan serta dapat menjamin ketersediaan ikan pada saat musim paceklik dengan harga yang terkendali.
"Dengan demikian diharapkan dapat menguatkan dan meningkatkan peranan UMKM sektor kelautan dan perikanan sekaligus membangun rasa percaya diri dalam menghadapi tantangan ke depan," katanya.
Dirjen Penguatan Daya Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) KKP Artati Widarti mencontohkan, salah satu UMKM perikanan yang mendapat bantuan gudang beku berkapasitas 30 ton dari KKP adalah Kelompok Aroma Jaya di Desa Blanakan, Kabupaten Subang, Jawa Barat.
"Kelompok Aroma Jaya mampu bangkit setelah menerima bantuan cold storage atau gudang beku berkapasitas 30 ton dari Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui Ditjen Penguatan Daya Saing Produk kelautan dan Perikanan," ucapnya.
Artati Widiarti mengapresiasi kerja keras Kelompok Aroma Jaya, dan berharap bantuan yang sudah diberikan menjadi stimulus dan penggerak ekonomi masyarakat setempat.
Terlebih, lanjutnya, Kelompok Aroma Jaya Blanakan yang memiliki usaha dibidang pengolahan dan pemasaran ikan asin, bisa memproduksi 2-3 ton/hari saat musim ikan dan 4-5 ton/hari saat musim ikan.
Produk olahan ikan dikemas dalam dus dan dijual rata-rata 5 kwintal/hari untuk tujuan pasar lokal sekitar Pamanukan, Subang, Purwakarta, Cikampek, dan 2 kali seminggu dikirimkan untuk agen pedagang grosir dan eceran di Bandung, Bogor, Cianjur, Garut, dengan varian minimal 2-3 jenis olahan per pengiriman.
"Saya kira yang begini patut diteruskan. Perluasan pasar akan berbanding lurus dengan kesejahteraan anggotanya. Itulah kenapa kita tidak ragu untuk salurkan bantuan ini," jelas Artati.
Sebelumnya, KKP menyatakan bahwa salah satu fokus yang bakal dikerjakan pada tahun 2021 ini adalah membantu usaha perikanan skala mikro dan kecil terutama untuk mengatasi dampak pandemi.
Artati menyatakan perusahaan Unit Pengolahan Ikan (UPI) berskala mikro dan kecil memegang peranan penting bagi Indonesia, baik secara ekonomi maupun ketahanan pangan.
Rencananya, pada 2021, PDSPKP KKP akan menyerahkan bantuan 300 chest freezer dan 228 peralatan pengolahan kepada UPI berskala mikro kecil.
Di bidang ekonomi misalnya, UPI mikro kecil menjadi pendorong ekonomi kerakyatan karena dari sisi jumlahnya mendominasi yaitu sebanyak 62.389 unit.
"Mayoritas UPI di Indonesia, sekitar 98 persen, merupakan UPI mikro kecil yang lokasinya banyak berada di pedesaan dan daerah pesisir," kata Artati.
Baca juga: KKP kembangkan riset pendingin mini untuk kapal nelayan
Baca juga: KKP ingin pemasar perikanan konsisten jaga kualitas produk pangan
Baca juga: KKP dorong produk wirausahawan perikanan masuk pasar global
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2021