Perlu dicari cara agar harga suku cadang kendaraan dan baterai dapat lebih murah, sehingga dapat menekan biaya modifikasi
Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (P3TKEBTKE) Badan Litbang ESDM Kementerian ESDM tengah melakukan modifikasi sepeda motor berbahan bakar bensin menjadi sepeda motor listrik.
Dikutip dari laman Kementerian ESDM di Jakarta, Senin, Plt Kepala Badan Litbang ESDM Kementerian ESDM Dadan Kusdiana bersama Kepala P3TKEBTKE Kementerian ESDM Hariyanto turut dalam uji coba sepeda motor listrik (motlis) yang diberi nama "e-Va" di Jakarta, akhir Februari lalu.
Setelah mengendarai sekitar 15 menit, Dadan berpendapat tenaga motlis e-Va cukup kuat, bahkan dapat melalui tanjakan dengan mudah.
Hasil perekayasaan selama kurang dari satu bulan ini cukup baik, meski masih ada yang harus dipertimbangkan kembali, terutama dari sisi biaya modifikasi.
"Perlu dicari cara agar harga suku cadang kendaraan dan baterai dapat lebih murah, sehingga dapat menekan biaya modifikasi," harap Dadan.
Kepala P3TKEBTKE Hariyanto menjelaskan modifikasi motlis ini mengacu pada Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 65 Tahun 2020 tentang Konversi Sepeda Motor dengan Penggerak Motor Bakar Menjadi Sepeda Motor Listrik Berbasis Baterai.
"Beberapa poin penting yang harus dipatuhi adalah daya motor listrik paling tinggi sesuai dengan klasifikasi sebagai sepeda motor dengan isi silinder sampai dengan 110 cc, daya motor listrik konversi paling tinggi dua kW (kilowatt)," ujarnya.
Koordinator Kelompok Pelaksana Penelitian dan Pengembangan (KP3) Ketenagalistrikan P3TKEBTKE Slamet menjelaskan KP3 Ketenagalistrikan melakukan modifikasi terhadap konverter untuk menyambungkan kruk as pada transmisi, yang semula digunakan dengan motor bakar.
Perubahan pada pegangan motor listrik pada rangka motor menggunakan pelat besi. Harga komponen suku cadang dan baterai yang digunakan pada penelitian merupakan harga eceran, sehingga perlu dihitung dengan harga industri.
"Modifikasi motor bensin menjadi motor listrik diupayakan tidak memerlukan banyak perubahan, sehingga lebih cepat waktu pengerjaannya, kurang dari satu bulan," tambah Slamet.
Tim peneliti yang dipimpin Arfie Firmansyah telah melakukan uji jalan kendaraan dengan rute di sekitar perkantoran P3TKEBTKE di Gunung Sindur, Bogor.
Kendaraan yang dikendarai pengemudi ini menempuh jarak sejauh 7,2 kilometer dengan kecepatan rata-rata 30 km/jam selama sekitar 15 menit. Kondisi jalan yang dilalui bervariasi, baik jalanan rata, naik maupun turun.
Selama pengujian, baterai diisi penuh dengan kapasitas 84 Volt dan kondisi baterai cut off 69 Volt sebagai tegangan batas bawah yang dipilih, walaupun masih bisa di-setting pada tegangan 63 Volt.
Hal ini disesuaikan dengan sistem kerja controller, sehingga rentang tegangan maksimum dan minimum yang lebar semakin menambah jarak tempuh kendaraan. Tegangan cut-off biasanya dipilih sehingga kapasitas maksimum yang berguna dari baterai tercapai.
Tegangan cut-off berbeda dari satu baterai ke yang lain tergantung pada jenis dan desain kapasitas baterai.
Sepeda motor yang dimodifikasi menggunakan tipe Vario yang diproduksi tahun 2010. Pertimbangan pemilihan jenis motor ini dipilih berdasarkan harga kendaraan dan data penjualan ATPM selama 10 tahun terakhir.
Baca juga: Motor listrik besutan UBL dan LIPI jajal lintasan Sentul
Baca juga: Motor listrik diprediksi lebih cepat bertumbuh di Indonesia, kenapa?
Baca juga: Pertamina mulai produksi baterai listrik untuk sepeda motor
Pewarta: Kelik Dewanto
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2021