Jakarta, (Antara) - Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah terpilih sebagai lokasi pelaksanaan program Persemaian Mangrove Skala Besar dan Mangrove Center of Excellence oleh pemerintah yang diputuskan dalam rapat koordinasi (Rakor) tingkat menteri beberapa waktu lalu.
Adapun lokasi Persemaian Mangrove Skala Besar itu sendiri berada di Desa Randusanga Kulon dan Mangrove Center of Excellence di Desa Kaliwlingi dalam kecamatan yang sama, Brebes.
Staf Ahli Bidang Manajemen Konektivitas Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves), Sahat Manaor Panggabean mengatakan bahwa lahirnya program pengembangan mangrove ini dilandasi Peraturan Presiden Nomor 120 Tahun 2020 Tentang Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM). Bahwa Presiden Jokowi Widodo ingin ada pusat pengelolaan mangrove modern dan skala besar di Indonesia.
"Selama ini luasan persemaian mangrove skala kecil, sekitar ratusan ribu batang dan umumnya banyak dilakukan oleh masyarakat. Kegiatan persemaian tersebar di masyarakat kurang tertata dengan baik. Saat ini kita ingin persemaian skala besar sampai sekitar 10 juta batang dalam satu lokasi dengan pendekatan ilmiah," kata Sahat dalam penjelasannya di Jakarta, Senin (01-03-2021).
Sahat menjelaskan pada Mangrove Center of Excellence akan diupayakan seluruh jenis mangrove yang ada di Indonesia akan ada di lokasi ini. Ia mengungkapkan bahwa dengan adanya kedua program ini akan memberikan dampak positif bagi Indonesia di mata dunia internasional, khususnya dalam hal pengembangan mangrove.
"Keuntungannya dalam skala internasional adalah menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia adalah pusat mangrove dunia. Untuk masyarakat Brebes akan menjadi salah satu pusat pertumbuhan ekonomi baru," bebernya.
Sebagai informasi, persemaian Mangrove Skala Besar yang berada di Desa Randusanga Kulon akan memiliki luas mencapai 10 hektare yang dikelola Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Sedangkan Mangrove Center of Excellence di Desa Kaliwlingi yang memiliki luas 219 hektare akan dikelola oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).
Sementara itu, Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Kemenko Marves, Khairul Hidayati menyampaikan bahwa untuk mendukung program pengembangan mangrove ini perlu adanya peningkatan peran serta masyarakat yang aktif dan positif. Caranya melalui upaya peningkatan kesadaran masyarakat tentang lingkungan hidup dan konservasi dengan ikut serta merehabilitasi pada kondisi yang rusak.
"Upaya rehabilitasi ini selain untuk mengembalikan kelestarian lingkungan di wilayah pesisir, juga sebagai upaya mengoptimalkan pendayagunaan wilayah pesisir dan lautan yang berkaitan dengan ekosistem pesisir," kata Hidayati.
Terkait dengan usulannya tersebut, dia mengaku telah menyiapkan strategi-strategi komunikasi publik untuk meningkatkan kesadaran masyarakat. Salah satunya adalah produk visual yang dirancang khusus agar mudah dipahami. "Tujuannya agar semakin banyak masyarakat yang mengerti dan mau bergerak untuk melestarikan mangrove," tuturnya.
Menurut Hidayati untuk mengelola wilayah pesisir dan lautan dengan baik perlu partisipasi semua pemangku kepentingan (stakeholders), sehingga wilayah pesisir dapat terjaga keberlanjutan fungsi ekosistemnya, dan juga dapat memberikan manfaat ekonomi yang tinggi untuk masyarakat pesisir. Ia memandang kondisi tersebut dapat dicapai melalui pengelolaan wilayah pesisir dan lautan secara terpadu, dengan penerapan prinsip-prinsip perencanaan pengembangan wilayah yang matang dan terencana.
"Ekowisata di wisata mangrove Pandansari Kaliwlingi memiliki banyak fasilitas yang dapat memberikan hiburan untuk pengunjung dan pemasukan ekonomi bagi pengelola wisata mangrove Pandansari Kaliwlingi," ujar perempuan yang akrab disapa Hida ini.
Dia menuturkan bahwa pemanfaatan ekonomi untuk masyarakat lokal juga dapat ditunjukkan dengan adanya sistem yang mendukung masyarakat lokal maupun pengusaha kecil dan menengah untuk dapat mempromosikan serta mengembangkan produk lokalnya secara berkelanjutan. Adapun produk lokal yang dimaksud dapat berupa makanan dan minuman, kerajinan tangan, pertunjukan kesenian, produk pertanian, dan lainnya.
Sisi lain, lanjut dia, nilai-nilai budaya yang menjadi warisan leluhur haruslah dilestarikan. Pelestarian budaya ini nantinya juga dapat menjadi suatu atraksi yang menarik bagi wisatawan sehingga menjadi sarana edukasi maupun transfer pengetahuan.
"Selain itu, dengan adanya atraksi wisata berupa kearifan lokal/budaya, maka akan membawa wisatawan untuk dapat menghormati dan menghargai budaya di setiap destinasi wisata yang dikunjunginya. Destinasi wisata juga diharapkan sudah memiliki sistem pengelolaan pengunjung, termasuk di dalamnya berupa tindakan untuk mempertahankan, melindungi, dan memperkuat aset sumber daya alam maupun budaya," imbuhnya.
Ia juga menegaskan untuk mendukung sistem itu, destinasi wisata dapat menyediakan atau menerbitkan panduan perilaku pengunjung yang pantas pada situs-situs yang sensitif. Informasi dan panduan ini juga harus disesuaikan dengan budaya setempat yang dikembangkan melalui kolaborasi bersama masyarakat.
Keberadaan ekosistem mangrove di Dusun Pandansari Kaliwlingi ini telah menjadi daerah asuhan dan daerah pemijahan bagi berbagai jenis ikan, udang, dan hewan lainnya. Pembentukan struktur kehidupan yang unik dari organisme di kawasan ekosistem mangrove tersebut dapat menjadi objek wisata yang unik pula.
"Pengelolaan dan pengembangan sumber daya, terutama potensi ekowisata mangrove Pandansari Kaliwlingi dengan mempertimbangkan kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar kawasan mangrove Pandansari dan kondisi ekosistem mangrove Pandansari," tutupnya.
Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2021