Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura, Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Madiun Sumanto mengatakan berdasarkan laporan petugas lapangan, produktivitas cabai merosot hingga 50 persen dibandingkan saat cuaca normal yang mampu mencapai 20 ton per hektare.
"Terkait dengan iklim sekarang ini yang lagi ekstrem, memang berdampak pada pertanian. Komoditas tertentu seperti tanaman hortikultura cabai sangat rawan terhadap cuaca ekstrem tersebut hingga gagal panen," ujar Sumanto di Madiun, Rabu.
Menurut dia, cuaca esktrem yang ditandai dengan curah hujan tinggi sangat berpengaruh terhadap sektor pertanian. Terjadinya gagal panen pada tanaman cabai disebabkan karena tanaman tersebut sensitif terhadap curah hujan.
Banyak cabai yang membusuk sehingga tidak dapat dipanen dan berakibat pada naiknya harga cabai di pasaran karena stok berkurang.
Baca juga: Cabai rawit merah tembus Rp100 ribu di Pasar Tebet Barat
Selain itu, kelembaban di musim hujan juga membuat banyak jenis hama berkembang biak dan menyebar cepat, seperti hama wereng.
"Cuaca ekstrem telah membuat petani merugi. Sebab, produktivitas cabai menurun sementara biaya produksi meningkat untuk membasmi hama," katanya.
Selain cabai, tanaman hortikultura lainnya yang terdampak cuaca ekstrem di Kabupaten Madiun adalah bawang merah, tomat, dan sejumlah buah-buahan seperti melon, manggis, dan apokat.
Data dinas setempat mencatat luas lahan tanam cabai di Kabupaten Madiun mencapai lebih dari 331 hektare yang berada di Kecamatan Gemarang, Kare, Dolopo, Kebonsari, Dagangan, dan Pilangkenceng.
Sementara, harga cabai di sejumlah pasar tradisional Kabupate Madiun hingga Rabu (3/3) terpantau masih tinggi. Harga cabai keriting mencapai Rp50 ribu per kilogram, cabai merah Rp40 ribu per kilogram, dan cabai rawit Rp100 ribu per kilogram.
Baca juga: BPS: Kenaikan harga cabai rawit dan ikan picu inflasi Februari 2021
Pewarta: Louis Rika Stevani
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2021