Juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat Ned Price mengaku dirinya "syok dan muak" dengan laporan dan tayangan penindakan keras terhadap demonstran. Pasukan keamanan Myanmar telah menewaskan sedikitnya 38 orang pada Rabu.
Thein Zaw, 32, wartawan Myanmar untuk kantor berita Associated Press, merupakan satu dari enam wartawan yang ditangkap selama meliput demonstrasi. Mereka dituduh melanggar hukum ketertiban umum, menurut pengacaranya.
"Kami sangat prihatin dengan meningkatnya serangan dan penangkapan wartawan," kata Price. "Kami mendesak militer agar segera membebaskan orang-orang ini dan menghentikan intimidasi serta pelecehan terhadap media dan melepaskan mereka yang ditahan secara tidak adil karena menjalankan tugasnya."
Price mengatakan Amerika Serikat, yang telah menjatuhi sanksi kepada para pemimpin kudeta dan sejumlah perusahaan militer, sedang mempertimbangkan langkah-langkah kebijakan lebih lanjut untuk meminta pertanggungjawaban militer Myanmar, sambil berupaya menggalang tindakan internasional.
"Kami menyeru semua negara untuk berbicara dengan satu suara mengecam kekerasan brutal militer Burma terhadap rakyatnya sendiri dan untuk mendesak pertanggungjawaban atas tindakan militer, yang telah menelan begitu banyak korban jiwa di Burma," kata Price, yang menyebut Myanmar dengan nama lain negara itu, Burma.
Sumber: Reuters
Baca juga: Pemrotes Myanmar berdemo lagi setelah kerusuhan berdarah pascakudeta
Baca juga: Wartawan Jepang yang ditangkap di Myanmar akhirnya dibebaskan
Baca juga: Junta militer berupaya copot dubes Myanmar untuk PBB
Pengunjuk rasa Myanmar kuyup oleh tembakan meriam air
Pewarta: Asri Mayang Sari
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2021