Peluang bisnis pusat data yang sangat besar di Indonesia tak hanya berdampak bagi sektor teknologi dan ekonomi, tetapi juga berdampak baik bagi lingkungan melalui peningkatan bauran energi.Google malah punya perusahaan khusus yang berinvestasi pada proyek-proyek energi terbarukan, Amazon juga begitu. Mereka punya target untuk menggunakan 100 persen energi terbarukan
"Kalau kita melihat perkembangan energi terbarukan di dunia, ICT Company menjadi salah satu investor besar. Mereka tidak saja membeli listrik dari sumber-sumber energi terbarukan tetapi juga menjadi investor," kata Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa dalam diskusi daring yang dipantau di Jakarta, Kamis.
"Google malah punya perusahaan khusus yang berinvestasi pada proyek-proyek energi terbarukan, Amazon juga begitu. Mereka punya target untuk menggunakan 100 persen energi terbarukan," tambahnya.
Merujuk data International Energy Agency (IEA), permintaan listrik pusat data di seluruh dunia pada 2019 sekitar 200 TeraWatt hours (TWH), atau sekitar 0,8 persen dari permintaan listrik dunia.
Baca juga: Investasi pusat data dorong transformasi digital
Baca juga: Pembangunan pusat data nasional masuk tahap penyediaan lahan
Apabila tren dalam efisiensi perangkat keras dan infrastruktur pusat data bisa dipertahankan, maka permintaan energi pusat data dunia akan tetap sama hingga tahun 2022, meskipun permintaan layanan internet meningkat 60 persen.
"Konsumsi energi (pusat data) relatif stagnan sejak 2015 sampai sekarang meski trafic internet naik dua kali lipat dan load data center naik dua kali lipat. Pusat data sangat didorong untuk bisa melakukan efisiensi energi," kata Fabby Tumiwa.
Bisnis pusat data mengedepankan dua aspek, yaitu efisiensi energi dan pemanfaatan sumber-sumber energi terbarukan. Kedua hal ini berkaitan erat dengan transisi energi fosil ke energi hijau yang gencar dilakukan oleh Indonesia.
Direktur Jendral Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan pemerintah akan mendorong peningkatan kapastitas energi baru dan terbarukan sebesar lima persen pada tahun ini, atau setara 978 MegaWatt (MW).
Baca juga: Penyedia pusat data Indointernet melantai di bursa
Rencana penambahan kapasitas pembangkit itu terdiri atas 440,29 MW tenaga air, 196 MW tenaga panas bumi, 13 MW tenaga bio, dan 328,7 MW tenaga surya dengan total kapasitas terpasang mencapai 11.445 MW.
Merujuk laporan Kementerian ESDM, kapasitas pembangkit EBT di Indonesia pada tahun 2020 tercatat berjumlah 10.467 MW yang terdiri atas 3,6 MW tenaga hybrid, 154,3 MW tenaga angin, 153,8 MW tenaga surya, 1.903,5 MW tenaga bio, 2.130,7 MW tenaga panas bumi, dan 6.121 MW tenaga air.
Seperti diketahui, Indonesia telah memiliki dua target besar, yaitu target bauran energi hijau sebesar 23 persen di tahun 2025 melalui Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) dan target penurunan emisi sebesar 29 persen dari baseline di tahun 2030 sesuai target Paris Agreement.
Pengembangan potensi energi hijau saat ini didasarkan kepada target-target tersebut, tidak hanya berdasarkan total potensi yang ada. Hal ini bertujuan untuk menyelaraskan aspek-aspek lingkungan, ekonomi, dan sosial dalam pembangunan, sehingga tidak ada trade off terhadap satu aspek tertentu yang justru kontraproduktif terhadap tujuan pembangunan.
"Amazon akan membangun pusat data di Indonesia. Inisiatifnya sangat menarik bagaimana memastikan penyediaan energi yang bersih," kata Dadan Kusdiana.
Baca juga: Bisnis pusat data di Indonesia dinilai menggiurkan
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2021