"Saat ini kita tidak lebih maju dari tahun lalu," kata Petrovsky, yang adalah salah satu dari 26 ahli global yang menandatangani surat terbuka yang diterbitkan pada Kamis (4/3), yang menyerukan penyelidikan baru tentang pandemi itu.
Surat terbuka itu mengatakan misi WHO "tidak memiliki mandat, kemandirian, atau akses yang diperlukan untuk melakukan penyelidikan penuh dan tidak terbatas" ke semua teori tentang asal-usul COVID-19.
"Semua kemungkinan tetap ada dan saya belum melihat satu pun data ilmiah independen yang mengesampingkan salah satunya," kata Petrovsky.
Pada Januari, tim ilmuwan yang dipilih oleh WHO mengunjungi rumah sakit dan lembaga penelitian di Wuhan, kota di Cina tengah tempat virus korona diidentifikasi, untuk mencari petunjuk tentang asal-usul COVID-19.
Tetapi misi itu mendapat kecaman, dan kritikus menuduh WHO terlalu mengandalkan kerja lapangan dan data China yang dikompromikan secara politis.
Anggota tim juga mengatakan China enggan membagikan data penting yang dapat menunjukkan COVID-19 beredar berbulan-bulan lebih awal dari yang pertama kali dikenali.
Pada konferensi pers untuk menandai berakhirnya kunjungan WHO ke Wuhan, kepala misi Peter Ben Embarek tampaknya mengesampingkan kemungkinan virus bocor dari laboratorium di Wuhan.
Tetapi Petrovsky mengatakan "tidak masuk akal" untuk mengesampingkan kemungkinan apa pun, dan mengatakan tujuan dari surat terbuka itu adalah "untuk mendapatkan pengakuan secara global bahwa belum ada yang mengidentifikasi sumber virus dan kita perlu terus mencari . "
"Kita membutuhkan pikiran terbuka dan jika kami menutup beberapa jalan karena dianggap terlalu sensitif, itu bukan cara kerja sains," ujar dia.
Sumber: Reuters
Baca juga: WHO sebut semua hipotesis masih terbuka untuk selidiki asal-usul COVID
Baca juga: WHO: Butuh bertahun-tahun untuk ketahui asal usul COVID-19
Baca juga: Tim WHO tiba di Wuhan untuk selidiki asal-usul COVID-19
Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2021