Proyek pengembangan gas lapangan unitisasi Jambaran-Tiung Biru (JBT) di Bojonegoro, Jawa Timur, ditargetkan mulai beroperasi pada November 2021, sehingga bisa memasok kebutuhan gas pembangkit listrik di sistem Jawa dan Bali.Meskipun kondisi pandemi, kami bisa mencatatkan progres yang bagus dan mewujudkan gas 'on stream' pada November 2021
"Gas JTB sangat penting untuk pasokan gas di Jawa Timur dan membantu kelistrikan di Jawa-Bali. Kami optimistis akan mulai on stream tahun ini," kata Wakil Kepala SKK Migas Fatar Yani dalam keterangannya di Jakarta, Minggu.
Proyek gas JTB ini merupakan salah satu dari empat proyek strategis nasional di sektor migas yang akan tulang punggung energi nasional dengan kapasitas penjualan gas mencapai 192 MMSCFD dan cadangan sebanyak 2,5 triliun TCF.
Terdapat enam sumur di wilayah proyek JTB, yakni empat sumur di Jambaran Timur dan dua sumur di Jambaran Tengah.
PT Pertamina EP Cepu menargetkan keenam sumur tersebut mampu memproduksi gas dan kondensat dengan produksi rata-rata sebesar 315 MMSCFD.
"Meskipun kondisi pandemi, kami bisa mencatatkan progres yang bagus dan mewujudkan gas on stream pada November 2021," kata Direktur Utama EP Cepu Awang Lazuardi.
Tahun lalu, proyek gas JTB ini sempat mengalami hambatan karena pandemi. Proses pabrikasi barang-barang di sejumlah negara sempat tertunda karena ada pembatasan jam kerja dan transportasi material, termasuk pabrikasi di Indonesia ikut terdampak akibat kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Diketahui, konstruksi proyek JTB dilakukan oleh PT Rekayasa Industri bersama anggota konsorsium lainnya dengan nilai investasi sebesar 1,53 miliar dolar AS.
Sebagian besar produksi gas JBT nantinya akan dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan pasokan gas pembangkit PLN Jawa III berkapasitas 800 megawatt.
Baca juga: Pertamina lakukan optimalisasi sumur lapangan Jambaran-Tiung Baru
Baca juga: PEPC sampaikan progres 56,42 persen kinerja pengeboran JTB
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2021