• Beranda
  • Berita
  • Perempuan Indonesia memilih untuk tumbuh ditengah keterbatasan

Perempuan Indonesia memilih untuk tumbuh ditengah keterbatasan

8 Maret 2021 20:05 WIB
Perempuan Indonesia memilih untuk tumbuh ditengah keterbatasan
Webinar “Perempuan Pemimpin dan Kesetaraan Gender” yang diselenggarakan Pusat Penguatan Karakter Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kemendikbud), Senin (8/3). ANTARA/Indriani.

“Kamu sebagai perempuan tidak apa-apa terbatas, tetapi tunjukkan pada orang kalau kamu mampu. Caranya bagaimanya? Caranya dengan sekolah setinggi mungkin selagi kamu bisa.”

Nasihat kedua orang tuanya itu selalu terngiang dalam benak Angkie Yudistia, yang saat ini menjadi staf khusus Presiden Joko Widodo.

Awalnya memang tidak mudah bagi Angkie. Dilahirkan sebagai perempuan yang terbatas ditambah dengan disabilitas yang disandangnya sejak lahir, membuatnya semuanya menjadi terbatas.

“Itu mengapa orang tua selalu mendorongku untuk sekolah, karena perempuan jika bersekolah tinggi tidak bisa direndahkan,” kata Angkie dalam webinar “Perempuan Pemimpin dan Kesetaraan Gender” yang diselenggarakan Pusat Penguatan Karakter Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Senin (8/3).

Meski awalnya kesulitan dengan keadaan yang serba terbatas, tetapi sebagai perempuan dihadapkan pada dua pilihan. Apakah mau menyerah dengan keadaan atau tetap optimistis?

Angkie memilih untuk tidak menyerah. Menurutnya hidup yang hanya sekali sayang jika hanya digunakan untuk menyerah. Tidak menyerah meski dengan kondisi serba terbatas dan budaya patriarki yang masih langgeng di Indonesia.

“Tidak apa-apa menjadi perempuan disabilitas, tetapi paling tidak harus berperan serta demi orang banyak,” katanya.

Dia memanfaatkan teknologi untuk mengatasi keterbatasannya. Selain alat bantu dengar, ia juga menggunakan alat yang bisa menerjemahkan ucapan menjadi tulisan. Dengan demikian, dia tetap bisa mengikuti jalannya webinar dengan baik.

“Kita harus punya pola pikir, bagaimana agar bisa beradaptasi,” ucap Angkie.

Angkie menambahkan lingkungan keluarga memiliki peran yang sangat besar pada perjalanan karir dirinya. Sejak kecil, ia mengalami stigma sebagai disabilitas dan dianggap tidak bisa apa-apa. Stigma tersebut melekat sejak dulu. Beruntungnya, dia memiliki lingkungan keluarga yang mendukungnya untuk tumbuh.

Lain Angkie, lain lagi Chatarina Maulina Girsang yang saat ini menjabat sebagai Irjen Kemendikbud. Chatarina merupakan perempuann pertama yang menduduki posisi sebagai Irjen di kementerian itu.

Perempuan memiliki kesempatan yang sama dengan kaum lelaki. Untuk itu, perempuan harus semangat untuk meraih pendidikan yang tinggi.

Selain itu, keluarga memiliki peranan penting sehingga bisa menghantarkan dirinya memegang sejumlah jabatan penting, mulai dari Kepala Biro Hukum Komisi Pemberantasan Korupsi, Kepala Kejaksaan Negeri Bekasi hingga Staf Ahli Mendikbud Bidang Regulasi Pendidikan dan Kebudayaan.

“Pengalaman saya, begitu di rumah saya melepaslkan semua titel dan jabatan. Saya memerankan sebagi istri dan ibu. Waktu memang menjadi sesuatu yang sangat berharga, karena pekerjaan saya terkadang tidak bisa pulang tepat waktu,” kata Chatarina.

Beruntung, dia mendapatkan suami yang mendukung dan lingkungan kerjanya juga mendukung perempuan untuk maju. Tanpa dukungan yang baik dari keluarga maupun tempat kerja, sulit bagi perempuan untuk tumbuh.


Perempuan hebat

Co-founder Tulola Jewelry, Franka Makarim, mengatakan perempuan yang hebat adalah perempuan yang bisa melakukan apa yang dia mau dan tahu apa yang harus dilakukan karena tanggung jawab.

“Baik tanggung jawab yang ada pada keluarga, maupun yang memberikan dampak atau nilai pada lingkungan sekitar,” kata Franka.

Franka menambahkan peringatan Hari Perempuan Internasional sangat penting, tidak hanya bagi perempuan, tetapi juga bagi laki-laki untuk saling mendukung pada perempuan yang ada di hidup kita.

Banyak riset yang menyebutkan bahwa ada dampak peran perempuan yang semakin maju di dalam keluarga dan komunitas akan mengangkat seluruh masyarakat itu sendiri.

“Sehingga pada Hari Perempuan Internasional, kita bisa saling mendukung dan percaya bahwa saling mendukung satu sama lain adalah sesuatu yang sangat baik bagi semua,” katanya.

Franka menjelaskan, baik perempuan maupun laki-laki, memiliki tanggung jawab yang sama. Entah itu sebagai karyawan, pelayan publik maupun tanggung jawab pada keluarga. Oleh karena itu, tidak ada alasan bagi perempuan untuk tidak bisa maju.

Disinggung mengenai perempuan sebagai ibu rumah tangga, Franka mengatakan bahwa menjadi ibu rumah tangga adalah pilihan karier yang bisa berkembang setiap harinya dengan memperkaya diri dan menambah ilmu pengetahuan.

“Semakin kita memperkaya diri, semakin menambah ilmu, maka pilihan apapun dapat berguna bagi diri sendiri dan orang sekitarnya,” ujar Franka.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim mengatakan pihaknya mendorong agar satuan pendidikan dapat menjadi lingkungan yang kondusif dalam mendorong perempuan untuk menjadi pemimpin.

Untuk itu, pihaknya berusaha menghapus tiga dosa besar pendidikan, yakni intoleransi, perundungan dan pelecehan seksual, karena hal itu sangat mempengaruhi perkembangan peserta didik perempuan ke depannya.

Ketiga hal tersebut, katanya, sudah semestinya tidak lagi terjadi di semua jenjang pendidikan dan dialami oleh peserta didik, khususnya perempuan.

Tiga dosa besar dalam pendidikan tersebut, sangat mempengaruhi tumbuh kembang peserta didik dan menentukan keputusan-keputusan yang akan mereka ambil untuk menggapai cita-citanya.

Kemendikbud, katanya, telah berupaya mendorong terciptanya lingkungan belajar yang aman bagi peserta didik perempuan melalui diterapkannya Permendikbud Nomor 82 Tahun 2015 tentang pencegahan dan penanggulangan tindak kekerasan di lingkungan satuan pendidikan untuk tingkat sekolah dasar dan menengah.

Selain itu, katanya, saat ini pihaknya sedang mendiskusikan rancangan Permendikbud pencegahan dan penanggulangan kekerasan seksual di perguruan tinggi. Mekanisme terbaik untuk menerima dan menindaklanjuti laporan tiga dosa besar pendidikan di PAUD, sekolah dasar menengah, yang datang dari siswa, guru atau masyarakat dan mekanisme terbaik untuk mendorong sekolah dan perguruan tinggi untuk membentuk satuan kerja pencegahan kekerasan.

Peraturan tersebut, dirancang dengan penuh kehati-hatian dan pertimbangan agar pelaksanaannya nanti dapat berjalan secara tepat dan sesuai dengan harapan. Nadiem juga mendorong kesadaran dan kemauan semua lapisan masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang kondusif, sehingga menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi perempuan untuk tumbuh dan berkembang.

Pewarta: Indriani
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2021