• Beranda
  • Berita
  • Mengubah kegagalan jadi awal kesuksesan saat berbisnis fesyen anak

Mengubah kegagalan jadi awal kesuksesan saat berbisnis fesyen anak

10 Maret 2021 11:04 WIB
Mengubah kegagalan jadi awal kesuksesan saat berbisnis fesyen anak
Sabine and Heem. ANTARA/HO.
Pasangan suami istri Wempi Januar dan Bina mengubah kegagalan jadi awal kesuksesan ketika memulai bisnis fesyen anak bernama Sabine and Heem, bentuk kasih sayang orangtua untuk memberikan kenangan manis kepada buah hati.

Pasangan ini belajar dari kegagalan bisnis sebelumnya untuk belajar dan mendorong diri membangun bisnis kembali. Dalam keterangan resmi, Wempi dan Bina mengatakan jenama yang didirikan pada 2018 ini terinspirasi dari dua anak mereka.

"Dengan misi 'Creating happy childhood memories', melalui setiap koleksinya Sabine and Heem ingin setiap orang tua dapat memberikan yang terbaik dan menjadi kenangan indah untuk si kecil," kata Bina.

Demi memenuhi impian itu, Wempi dan Bina memilih bahan berkalitas yang nyaman, awet dan tak lekang dimakan waktu. "Kami selalu mengutamakan kualitas dari bahan yang akan digunakan, karena banyak pakaian anak yang mudah rusak," kata dia, menambahkan mereka bekerjasama dengan penjahit lokal.

Untuk setiap koleksinya Sabine and Heem mencoba membuat produk inovatif dan berbeda dengan tren dengan warna-warna earth tone yang cocok digunakan untuk semua warna kulit.

Baca juga: Lima tips sukses beradaptasi di tengah pandemi ala Ria Miranda

Baca juga: Fesyen busana muslim berkembang di tengah pandemi


Dalam memasarkan produk, mereka bekerjasama dengan banyak reseller.

Wempi mengatakan, “Kami senang sekali ternyata produk yang kami terima banyak diminati oleh para konsumen. Kami juga melihat pertumbuhan Sabine and Heem yang cukup pesat, awalnya bisa menjual hanya 40 baju per bulan menjadi 1300 baju per bulan.”

Melihat pertumbuhan yang terus meningkat, Sabine and Heem mendapatkan peluang baru. Pada 2019, Sabine and Heem resmi menjadi bagian dari Hypefast, direct-to-consumer (D2C) brand grup ritel berbasis teknologi terbesar di Indonesia. Dengan harapan Sabine and Heem dapat menjadi brand lokal fashion anak yang berkelanjutan.

“Kami mendapat banyak pelajaran dari sebelumnya bahwa kegagalan itu adalah awal dari kesuksesan, bersyukur di tahun pertama Sabine and Heem mendapatkan partner yang memiliki visi yang sama untuk mengembangkan Sabine and Heem dan juga team yang solid” ujar Bina.

Mereka mengatakan, dalam membangun bisnis pasti akan ada pasang surutnya, dan nanti pastinya akan ada banyak tantangan. Namun untuk mencapai titik kesuksesan tidak akan mudah, jangan mudah menyerah dan terus berjuang.

Pendiri brand ini memberikan beberapa kiat untuk memulai bisnis.

Pertama, menentukan nama brand. "Dalam membuat nama, carilah nama-nama yang dapat menjadi semangat dan harapan ketika membangun brand. “Sabine and Heem diambil dari nama anak kami, sehingga ini menjadi motivasi kita untuk berjuang dan terus berkarya” ujar Wempi.

Setelah itu, jalankan bisnis sesuai minat. "Temukan bisnis yang cocok dengan minat kita sehingga dapat mendukung bisnis dan memberikan hasil yang maksimal. “Kalau kita senang dengan bisnis yang dijalankan, pasti akan memberikan hasil yang bagus dan positif bukan karena tuntutan” ungkap Bina.

Kemudian, tentukan apa keunikan dari brand tersebut. Tak ada salahnya tidak mengikuti arus tren yang ada sehingga terbentuk ciri khas dari brand tersebut.

“Tidak ada salahnya mengikuti tren, namun apabila kita selalu mengikuti tren akan capek karena tren itu tidak pernah habis”. tambah Bina.

Selanjutnya, berani mencoba untuk mengetahui bagaimana bisnis berjalan dan seperti apa respons dari pasar.

Baca juga: TikTok Fashion Month hadirkan konten hingga gelaran fesyen

Baca juga: Perancang Era Soekamto hadirkan koleksi baru"Tara 2021"

Baca juga: Pelaku fesyen muslim Indonesia alihkan fokus ke online

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2021