"Segenap pekerja film berterima kasih atas respon cepat Bapak Presiden, Menparekraf, dan jajaran Kabinet Indonesia Maju. Semoga setiap langkah konkret koordinasi pemerintah pusat, daerah, dan pelaku industri akan mengembalikan film Indonesia kembali berjaya di bioskop dan menempati hati penonton tercintanya," ujar Ketua Badan Perfilman Indonesia Chand Parwez dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu.
Baca juga: Pelaku industri film harap Presiden Jokowi dukung bioskop Indonesia
Diketahui, Presiden Jokowi menerima dan menyambut baik permintaan para pelaku industri film untuk menyelamatkan industri film dari hulu sampai hilir yang terkena dampak pandemi COVID-19.
Presiden meminta langkah konkret pemetaan stimulus dan rancangan penyebarannya yang dapat dipertanggungjawabkan.
Selain itu, Presiden Jokowi juga menyatakan akan segera berkoordinasi dengan kementerian-kementerian terkait untuk menyusun paket stimulus seraya terus berkomunikasi dengan pelaku industri seiring dengan usaha penanggulangan COVID-19, vaksinasi, dan pemulihan ekonomi nasional.
Pemerintah pusat juga akan berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk mulai melakukan pembukaan bioskop-bioskop di area kuning yang belum dibuka.
Untuk menangani pembajakan, Presiden Jokowi akan segera membuat satuan kerja yang merupakan gabungan antara Kepolisian Republik Indonesia, Kementrian Komunikasi dan Informatika, dan Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Baca juga: Bisakah bioskop diganti dengan layanan streaming digital?
Sementara itu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno mengatakan bahwa kementriannya akan melakukan sertifikasi CHSE (singkatan dari Cleanliness (kebersihan), Health (kesehatan), Safety (keselamatan) and Environmental sustainability (pelestarian lingkungan) (CHSE)) untuk bioskop seperti yang dilakukan di sektor pariwisata lainnya untuk meyakinkan penonton.
Untuk vaksinasi, Sandiaga mengatakan sedang dilakukan pendataan hingga 14 Maret 2021 dengan berkoordinasi dengan Badan Pefilman Indonesia (BPI). Adapun vaksinasi bisa dimulai awal April 2021.
"Bagi kami film Indonesia adalah bakti kami untuk negeri dan kami siap bekerjasama serta menyiapkan langkah konkret dan strategi yang matang bersama pemerintah.", kata Chand Parwez.
Industri perfilman Indonesia yang sebelum pandemi menduduki peringkat sepuluh dunia sebagai pasar film terbesar di dunia dengan nilai sebesar 500 juta dollar AS di akhir tahun 2019, menderita penurunan sebesar 97 persen di kala pandemi sepanjang tahun 2020.
Baca juga: Ingin bangkitkan industri layar lebar, Insan Film surati Jokowi
Sejak dibukanya Daftar Negatif Investasi di bidang perfilman di tahun 2016, perfilman Indonesia memasuki era baru dengan jumlah penonton yang terus meningkat dari tahun ke tahun, dengan pertumbuhan sebesar 20 persen per tahun selama 4 tahun terakhir sebelum pandemi.
Industri perfilman menopang perekonomian Indonesia secara signifikan dengan lebih dari 50.000 tenaga kerja di subsektor film, animasi, video di tahun 2019, dan lebih dari 2.500 jumlah usaha. Kontribusi industri film Indonesia ke GDP sebesar Rp15 triliun di tahun 2019
Dampak pandemi bagi pekerja film juga sangat besar. Tahun 2019 terdapat 129 judul film nasional yang dirilis di bioskop dengan total penonton film nasional sebesar 52 juta orang. Ini berarti satu judul film ditonton oleh kurang lebih 400 ribu penonton.
Dibandingkan dengan kondisi selama pandemi, data per akhir Februari 2021 menunjukkan terdapat 9 judul film nasional yang dirilis di bioskop dengan total penonton hanya sekitar 400 ribu orang.
Kerugian penerimaan pajak dari penonton bioskop mencapai Rp1,5 triliun dan pendapatan tidak langsung bioskop Rp1,2 triliun. Adanya platform distribusi secara streaming belum dapat menopang industri dan nilai pembelian film yang belum dapat menutup biaya produksi, terutama untuk film dengan biaya besar.
Baca juga: Pengamat film: Pemerintah perlu bangun infrastruktur bioskop di daerah
Baca juga: Industri film sebaiknya ubah model bisnis, tidak lagi andalkan bioskop
Baca juga: Sineas Indonesia optimistis industri perfilman membaik di 2021
Pewarta: Fathur Rochman
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2021