Kepala BPPTKG Hanik Humaida melalui keterangan resminya di Yogyakarta, Jumat, menyebutkan awan panas guguran itu terjadi pada pukul 07.00 WIB.
"Awan panas guguran tercatat di seismogram dengan amplitudo 40 mm dan durasi 102 detik," kata dia.
Saat ini Gunung Merapi memiliki dua kubah lava, yaitu yang berada di tengah kawah puncak dan di sisi barat daya.
Menurut Hanik, selama ini awan panas dominan terjadi di kubah lava sisi barat daya karena lebih tidak stabil mengingat lokasinya berada di lereng.
"Posisi kubah yang berada di barat daya lebih tidak stabil karena lokasinya berada di lereng," kata dia.
Pada periode pengamatan pukul 00.00 sampai 06.00 WIB, teramati 17 kali guguran lava keluar dari Gunung Merapi dengan jarak luncur maksimal 1.000 meter ke arah barat daya.
Gunung api aktif itu juga terdeteksi mengalami 32 gempa guguran dengan amplitudo 3-32 mm selama 11-17 detik, empat kali gempa embusan dengan amplitudo 3-11 mm selama 9-13 detik, serta gempa fase banyak dengan amplitudo 6 mm selama 10 detik
Hingga kini BPPTKG masih mempertahankan status Gunung Merapi pada level III atau siaga.
Guguran lava dan awan panas Gunung Merapi diperkirakan bisa berdampak ke wilayah sektor selatan-barat daya yang meliputi Sungai Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih.
Baca juga: Gunung Merapi luncurkan guguran awan panas sejauh 1,2 km
Baca juga: Gunung Merapi 13 kali meluncurkan guguran lava pijar
Baca juga: BTNGM : Pemulihan hutan terdampak erupsi Merapi butuh puluhan tahun
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021