• Beranda
  • Berita
  • Memacu kemandirian pondok pesantren jadi sumber pertumbuhan ekonomi

Memacu kemandirian pondok pesantren jadi sumber pertumbuhan ekonomi

16 Maret 2021 17:51 WIB
Memacu kemandirian pondok pesantren jadi sumber pertumbuhan ekonomi
Manager Fungsi Pelaksana Pengembangan UMKM (FPPU) Bank Indonesia Wilayah Kalimantan Selatan Aryo Wibowo saat mengunjungi sentra pembibitan ikam haruan yang menjadi binaan Bank Indonesia. ANTARA/Latif Thohir.
Kalimantan Selatan sebagai daerah yang kaya sumber daya alam kini terus berupaya keluar dari ketergantungan terhadap sektor pertambangan batu bara yang selama ini mendominasi pertumbuhan ekonomi daerah.

Salah satu upaya yang kini dilakukan pemerintah dan seluruh pihak adalah, melibatkan pondok pesantren sebagai upaya pemberdayaan ekonomi kerakyatan, dan menjadikan pondok pesantren sebagai sumber pertumbuhan ekonomi baru di Kalimantan Selatan.

Berdasarkan data dari Kantor Kementerian Agama Provinsi Kalimantan Selatan, jumlah pondok pesantren di provinsi ini sebanyak 242 pondok pesantren yang tersebar di 13 kabupaten/kota.

Jumlah tersebut, menjadi potensi cukup besar untuk dikembangkan, bukan hanya menjadi jaringan pengembangan pendidikan dan sumber daya manusia yang handal, tetapi juga bisa didorong menjadi potensi pengembangan ekonomi yang cukup menjanjikan, melalui berbagai program usaha yang dicanangkan.

Pondok pesantren yang biasanya selalu dipenuhi oleh para santri dan ustadz yang tinggal dan berkegiatan di satu lokasi dalam jangka panjang, menjadi salah satu potensi untuk membangun jaringan bisnis dan upaya pengembangan berbagai sektor baik itu pertanian, perikanan, perkebunan, peternakan dan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).

Minimal, melalui upaya pengembangan usaha tersebut, berbagai kebutuhan pokok pondok pesantren akan mampu dipenuhi sendiri tanpa harus mendatangkan dari luar.

Bahkan, antarpondok pesantren bisa saling membantu dan memenuhi kebutuhan berdasarkan produksi unggulan usaha masing-masing, hingga pada akhirnya jaringan produksi seluruh pondok pesantren yang ada di Kalsel bisa terbangun, dan diharapkan bisa mampu memproduksi untuk mendorong kebutuhan masyarakat lainnya di Kalsel.

Sebagaimana diketahui, saat ini sebagian besar kebutuhan pokok di Kalimantan Selatan, mulai dari daging, telur, sayur mayur dan lainnya, masih disuplai dari luar daerah, sehingga harga di tingkat pasaran cukup berfluktuasi dan relatif lebih mahal dibanding daerah lain, karena biaya transportasi.

Bila seluruh kebutuhan pokok tersebut mampu dipenuhi sendiri oleh warga Kalsel, diharapkan akan mampu menekan harga kebutuhan pokok hingga dampak panjangnya mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Pengembangan pondok pesantren ini, juga menjadi salah upaya untuk menjadikan Kalsel sebagai pusat pengembangan ekonomi syariah di Indonesia.

Dukungan Bank Indonesia

Potensi tersebut, juga mendapatkan perhatian dari Bank Indonesia Wilayah Kalimantan Selatan, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daerah.

Bank Indonesia terus berupaya mendorong kemandirian ekonomi pesantren, antara lain melalui pengembangan jaringan bisnis antarpesantren di Kalimantan Selatan.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kalimantan Selatan (KPw BI Kalsel) Amanlison Sembiring pada pemaparan "business model linkage" usaha pesantren budi daya ikan haruan beberapa waktu lalu mengatakan, mendukung kemandirian ekonomi pesantren, Bank Indonesia telah membentuk kelembagaan pesantren (korporatisasi), melalui pembentukkan Hebitren, yang telah diresmikan kepengurusannya pada November 2020.

Himpunan Ekonomi Bisnis Pesantren (Hebitren) Indonesia bersama dengan Bank Indonesia (BI), mendorong penguatan program holding bisnis untuk mendukung pengembangan ekonomi pesantren antara lain dengan dibangunnya linkage bisnis antarpesantren.

Beberapa program pengembangan ekonomi pesantren yang dimiliki Bank Indonesia yaitu, pengembangan berbagai unit usaha berpotensi yang memanfaatkan kerja sama antarpesantren.

Selain itu, juga mendorong terjalinnya kerja sama bisnis antarpesantren melalui penyediaan "virtual market" produk usaha pesantren sekaligus "business matching".

Terakhir, pengembangan holding pesantren dan penyusunan standar laporan keuangan untuk pesantren dengan nama Sistem Akuntansi Pesantren Indonesia (Santri) yang dapat digunakan oleh setiap unit usaha pesantren.

Bank Indonesia, kini juga fokus mendukung upaya pondok pesantren untuk mengembangkan sentra produksi ikan haruan, yang merupakan ikan yang selama ini menjadi salah satu penyumbang inflasi daerah yang cukup tinggi.

Haruan merupakan salah satu makanan "wajib" bagi warga Kalimantan Selatan, sebagai lauk makanan khas daerah, seperti nasi kuning, ketupat kandangan, abon dan lainnya.

Tingginya konsumsi ikan haruan ini, membuat antara produksi dan kebutuhan tidak seimbang, sehingga ikan yang banyak hidup di rawa-rawa tersebut, selalu menjadi penyumbang inflasi Kalsel, sejak bertahun-tahun lamanya.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kalsel Muhammda Fedheli bersama Kepala Dinas Perdagangan Pemprov Kalsel meninjau lokasi pengembangan ikan haruan milik Habib Zulfadli Assegaf di Kabupaten Banjar. (Antaranews Kalsel/Latif Thohir.)


Seribu kolam haruan

Masih minimnya produksi ikan haruan dan luasnya potensi pasar daerah, membuat salah seorang pembudidaya ikan di Kalsel Habib Zulfadli Assegaf bersama pondok pensatren Wali Songo Kabupaten Banjar, berinisiasi untuk mengembangkan potensi tersebut.

Habib Zien yang berkolaborasi dengan Pondok Pesantren Wali Songo kini mempersiapkan kawasan sentra pembibitan dan pembesaran ikan lokal haruan.

Habib yang ditemui Antara di lokasi pengembangan pada satu kesempatan mengatakan, pihaknya sedang mempersiapkan pembuatan sebanyak seribu kolam indukan haruan yang terbagi dari 200 kolam dengan ukuran 2x3 meter ditambah 300 kolam yang menggunakan terpal dan 500 kolam dari gorong-gorong.

Selain itu, juga akan dibangun sebanyak 300 kolam pembesaran untuk selanjutnya siap dipanen.

Tiap kolam diisi satu pasang induk haruan dengan berat minimal 0,5 kilogram per ekor dan masing-masing indukan bisa menghasilkan 5 hinga 10 ribu ekor haruan per bulan.

"Dari total kolam dan indukan yang dikembangkan tersebut, diperkirakan akan mampu menghasilkan 10 juta ekor per bulan," katanya.

Upaya tersebut, mendapatkan dukungan dari Bank Indonesia, yang kemudian menggandeng Habib Zein dan Ponpes Wali Songo masuk dalam jaringan Hebitren, sehingga target pengembangan haruan bisa lebih maksimal.

Dukungan yang sama juga diberikan oleh Dinas Perdagangan Provinsi Kalimantan Selatan siap mendukung pemasaran industri ikan gabus atau haruan, yang kini sedang dikembangkan oleh pengusaha perikanan Pemkab Banjar bersama dengan pondok pesantren di sekitar wilayah tersebut.

Kepala Dinas Perdagangan Pemprov Kalsel Birhasani saat meninjau lokasi budi daya Haruan di Desa Tambak Sirang Laut Kecamatan Gambut Kabupaten Banjar mengatakan, upaya pengembangan ikan haruan diharapkan akan mampu menekan inflasi yang terjadi di Kalsel saat ini.

"Selama ini, ikan haruan selalu menjadi salah satu faktor pemicu terjadinya inflasi, karena permintaan yang cukup banyak, sementara persediaan yang terus berkurang," katanya usai meninjau sentra budi daya ikan haruan milik Habib Zulfadli Assegaf di Kabupaten Banjar bersama Plt Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Pemprov Kalsel.

Diharapkan, budi daya ikan haruan seluas lima hektare tersebut, akan mampu memenuhi kebutuhan ikan di Kalsel bahkan di luar provinsi.

"Kami siap mendukung promosi dan pemasaran, bila ikan haruan tersebut telah diproduksi menjadi berbagai makanan olahan," katanya.

Tingginya kandungan protein dan albumen yang ada di ikan haruan, membuat permintaan ikan haruan cukup tinggi dari berbagai daerah.

Wakil Ketua Himpunan Bisnis Pondok Pesantren (Hebitren) KH Muhammad Abdul Hamid Marzuki mengatakan, punya cita-cita agar ke depan pondok pesantren bisa mandiri secara ekonomi melalui berbagai usaha yang dikembangkan, termasuk budi daya ikan haruan atau ikan gabus.

Upaya pengembangan tersebut setelah melewati proses pemikiran selama dua tahun, ternyata menemukan usaha budi daya ikan air tawar, ikan pepuyu dan ikan haruan. Ikan haruan akan menjadi salah satu usaha unggulan pondok pesantren

Ya...terpuruknya sektor pertambangan dalam beberapa tahun terakhir, membuat warga Kalsel seakan terbangun dari mimpi panjang tentang kenyamanan hidup dari ketergantungan terhadap emas hitam tersebut.

Kini, seluruh pihak terkait seakan berlomba untuk bangkit membangun potensi sumber daya berbagai sektor, yang selama ini tidak termanfaatkan dengan maksimal.
Baca juga: BI dorong kemandirian ekonomi pesantren
Baca juga: OJK: BWM penting untuk dorong ekonomi masyarakat pesantren
Baca juga: Jateng gandeng Bank Syariah Indonesia kembangkan ekonomi pesantren
Baca juga: BI dorong potensi pesantren gerakkan ekonomi syariah inklusif

 

Pewarta: Ulul Maskuriah
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2021