"Material dari PLTU Ropa yang kita manfaat untuk produksi batako ini berupa debu atau pasir halus yang disebut Fly Ash dan Bottom Ash (FABA)," kata General Manager PT PLN UIW NTT Agustinus Jatmiko dalam keterangan yang diterima di Kupang, Kamis.
Ia mengatakan sejauh ini hasil produksi batako sudah disalurkan untuk membantu kebutuhan material bangunan bagi masyarakat seperti untuk untuk pembangunan gereja paroki St Bhonawa di Ende sebanyak 40.000 batako.
Selain itu pembangunan Gereja Stasi ST Yohanes Pemandi-Patisomba Paroki St. Maria Magdalena Nangahure Keuskupan Maumere sebanyak 37.500 batako.
Bedah rumah di Kabupaten Ende 24.000 batako, dan pembangunan sekolah Madrasah Ibtidiyah di Talibura, Sikka sebanyak 15.000 batako.
Agustinus mengatakan PLN akan terus berupaya mengoptimalkan pemanfaatan FABA dari PLTU. Hal ini, lanjut dia, sejalan dengan Peraturan Pemerintah (PP) 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang mengategorikan FABA menjadi Limbah Non Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
"Jadi ini sebagai bagian dari inovasi PLN yang tujuannya untuk membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan akan material bangunan," katanya.
Sementara itu Uskup Agung Ende Mgr Vincentius Potokota selaku salah satu pihak yang menerima bantuan batako untuk pembangunan gereja paroki St. Donatus Bhoanawa mengapresiasi upaya inovatif PLN dalam memanfaatkan FABA PLTU.
"Inovasi ini tentu sangat membantu pembangunan gereja kami yang sudah mulai dibangun sejak 2020 dan saat ini progresnya mencapai 47 persen," katanya.
Ia mengatakan dengan bantuan 40.000 batako dari FABA PLN maka pembangunan paroki bisa berjalan dengan lancar sehingga diharapkan nantinya sekitar 4.000 umat di daerah ini dapat beribada dengan nyaman.***1***
Pewarta: Aloysius Lewokeda
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2021