Presiden Magufuli mengembuskan napas terakhir setelah selama lebih dari dua minggu tidak terlihat di depan umum hingga menimbulkan spekulasi soal kondisi kesehatannya.
Wapres Samia Suluhu Hassan mengatakan Magufuli meninggal setelah selama satu dasawarsa mengidap penyakit jantung.
Wapres mengatakan upacara pemakaman sedang diatur. Ia juga mengumumkan 14 hari berkabung serta meminta agar bendera nasional dikibarkan setengah tiang.
Televisi negara menyiarkan lagu-lagu perkabungan serta yang bernuansa keagamaan.
Magufuli sejak 27 Februari tidak pernah lagi terlihat di depan umum sehingga memicu desas-desus bahwa ia sebenarnya terpapar COVID-19.
Para pejabat pada 12 Maret membantah Magufuli sakit.
Dan pada Senin (15/3), Wapres Hassan meminta rakyat Tanzania untuk tidak menghiraukan rumor dari luar negeri. Ia mengatakan bahwa normal bagi seseorang untuk diperiksa apakah mengalami flu atau demam.
Magufuli adalah presiden pertama Tanzania yang meninggal ketika sedang menjabat.
Perdana Menteri Kassim Majaliwa pada Jumat (12/5) mengatakan pada Jumat (12/5) ia sempat berbicara dengan sang presiden.
PM Majaliwa menuding segelintir warga Tanzania di luar negeri "yang penuh kebencian" telah mengarang cerita tentang penyakit Magufuli.
Tundu Lissu, saingan utama Magufuli dalam pemilihan presiden pada Oktober 2020, yang dimenangi sang presiden untuk masa jabatan kedua, sebelumnya menduga bahwa presiden Tanzania itu telah diterbangkan ke Kenya untuk menjalani pengobatan COVID-19 dan kemudian dipindahkan ke India dalam keadaan koma.
Magufuli dijuluki "Buldoser" karena sikapnya yang suka memaksakan kebijakan walaupun menghadapi penentangan.
Ia juga membuat frustrasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) selama pandemi dengan meremehkan ancaman COVID-19. Menurut Magufuli, rakyat Tanzania akan dilindungi oleh Tuhan dan dengan bermacam solusi, seperti menghirup uap.
Mantan guru kimia itu mengejek tes virus corona serta mengecam vaksin, yang dianggapnya sebagai bagian dari konspirasi Barat untuk mengambil kekayaan Afrika.
Magufuli menentang penggunaan masker dan pembatasan jarak fisik.
Tanzania berhenti melaporkan data virus corona pada Mei 2020. Saat itu, negara tersebut telah melaporkan 509 kasus dan 21 kematian, menurut WHO, yang telah mendesak pemerintah Tanzania untuk lebih transparan.
Baca juga: Presiden Tanzania dukung pejabat yang pukuli para siswa dengan tongkat
Baca juga: Mabuk di parlemen, Presiden Tanzania pecat menteri
Sumber: Reuters
Pewarta: Tia Mutiasari
Editor: Suharto
Copyright © ANTARA 2021