• Beranda
  • Berita
  • Emas naik 5,2 dolar meski terganjal lonjakan imbal hasil obligasi AS

Emas naik 5,2 dolar meski terganjal lonjakan imbal hasil obligasi AS

19 Maret 2021 06:31 WIB
Emas naik 5,2 dolar meski terganjal lonjakan imbal hasil obligasi AS
Karyawan menunjukan emas batangan di Butik Emas Antam, Kebon Sirih, Jakarta, Senin (18/1/2021). ANTARA FOTO/Galih Pradipta/rwa.
Emas berjangka naik pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), berbalik menguat dari penurunan sehari sebelumnya karena investor mencerna pengumuman hasil pertemuan kebijakan dua hari Federal Reserve AS, namun kenaikannya terganjal lonjakan imbal hasil obligasi AS dan dolar yang lebih kuat.

Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman April di divisi COMEX New York Exchange, terangkat 5,40 dolar AS atau 0,31 persen menjadi ditutup pada 1.732,50 dolar AS per ounce. setelah jatuh lebih dari 10 dolar AS ke sesi terendah di bawah 1.717 dolar AS.

Sehari sebelumnya, Rabu (17/3/2021), emas berjangka tergerus 3,8 dolar AS atau 0,22 persen menjadi 1.727,10 dolar AS. Emas berjangka menguat 1,7 dolar AS atau 0,1 persen menjadi 1.730,90 dolar AS per ounce pada Selasa (16/3/2021), setelah terangkat 9,40 dolar AS atau 0,55 persen menjadi 1.729,20 dolar AS pada Senin (15/3/021).

Namun di pasar spot, emas diperdagangkan lebih rendah, karena para investor mencoba menyesuaikan dengan ketidakpastian yang ditimbulkan oleh sikap dovish Federal Reserve terhadap kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS.

Baca juga: Jelang pengumuman hasil pertemuan FOMC, emas tergerus 3,80 dolar

Harga spot emas turun 0,70 persen menjadi 1.732,99 dolar AS per ounce pada pukul 01.49 sore waktu setempat (1749 GMT), setelah menyentuh level tertinggi sejak 1 Maret di 1.755,25 dolar AS.

Ketidakpastian investor tumbuh setelah Ketua Fed Jerome Powell dalam konferensi pers setelah pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada Rabu (17/3/2021) menolak memberikan petunjuk tentang bank sentral yang membeli lebih banyak obligasi untuk menurunkan imbal hasil yang melonjak sejak awal tahun. Kenaikan imbal hasil telah membatasi reli aset-aset berisiko.

Powell mengatakan tingkat pengangguran AS kemungkinan akan terus menurun dari 6,2 persen pada Februari sementara inflasi meningkat 2,4 persen dan memperkirakan pertumbuhan ekonomi pesat 6,5 persen saat pandemi virus corona merega. Tetapi itu masih belum cukup untuk menaikkan suku bunga, kata Ketua Fed.

Baca juga: Imbal hasil obligasi AS berkurang, harga emas terangkat 9,4 dolar

Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun yang dijadikan acuan melonjak di atas 1,74 persen untuk pertama kalinya sejak Januari 2020, sementara dolar naik 0,5 persen.

Ketua Fed pada Rabu (17/3/2021) mengulangi janjinya untuk menahan suku bunga mendekati nol dalam upaya untuk menjaga pemulihan ekonomi pada jalurnya sekalipun inflasi menembus target 2,00 persen tahun ini.

"Komentar Powell kemarin tentang suku bunga sangat mendukung emas, tetapi di sisi lain fakta bahwa imbal hasil obligasi 10-tahun terus meningkat telah membatasi kenaikan emas," kata Bob Haberkorn, ahli strategi pasar senior di RJO Futures.

Beberapa investor memandang emas sebagai lindung nilai terhadap inflasi yang lebih tinggi yang dipicui langkah-langkah stimulus, tetapi imbal hasil obligasi pemerintah AS yang lebih tinggi menumpulkan beberapa daya tarik dari komoditas-komoditas yang tidak memberikan imbal hasil.

"Di satu sisi, rezim tidak menjadi pertanda baik untuk aliran investasi ke emas, dan itu menciptakan tekanan ke sisi penurunan. Di sisi lain, kami melihat beberapa pembeli berkurang," kata ahli strategi komoditas TD Securities Daniel Ghali.

Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Mei naik 29,3 sen atau 1,12 persen menjadi ditutup pada 26,351 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman April naik 18,20 dolar AS atau 1,52 persen menjadi menetap di 1.217,50 dolar AS per ounce.

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2021