• Beranda
  • Berita
  • Menkes ungkap N439K varian baru COVID-19 yang cepat hilang

Menkes ungkap N439K varian baru COVID-19 yang cepat hilang

19 Maret 2021 17:43 WIB
Menkes ungkap N439K varian baru COVID-19 yang cepat hilang
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin saat memberikan pernyataan kepada wartawan dalam acara jumpa pers yang digelar Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) secara daring, Jumat (19/3/2021). (ANTARA/Andi Firdaus).

Setahu saya ini, N439K, juga salah satu varian yang hilangnya cepat

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan salah satu karakteristik yang dimiliki oleh varian baru virus COVID-19 jenis N439K adalah lebih cepat menghilang.

"Banyak varian baru yang hilangnya cepat. Setahu saya ini (N439K) juga salah satu varian yang hilangnya cepat," kata Menkes saat jumpa pers yang digelar Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) secara daring diikuti di Jakarta, Jumat.

Pernyataan tersebut dikemukakan Budi menjawab laporan Satgas Ikatan Dokter Indonesia (Satgas IDI) yang menyebutkan kemunculan 48 kasus N439K telah terjadi di Indonesia.

Baca juga: Kemenkes: Mutasi N439K belum peroleh perhatian khusus WHO

Budi mengatakan virus yang kali pertama dilaporkan terjadi di Skotlandia pada Maret 2020 itu sebenarnya sudah cukup lama masuk ke Indonesia.

Varian ini sebenarnya juga sudah ada di beberapa negara di Eropa dan telah terdeteksi oleh Lembaga Kesehatan Dunia (WHO).

"Perlu diketahui bersama, N439K ini tidak termasuk bagian dari Variant of Interest (VOI) dan Variant of Concern (VOC) WHO," katanya.

Baca juga: Sertifikat vaksinasi COVID-19 jadi instrumen baru protokol kesehatan

VOI merupakan salah satu instrumen WHO dalam mengklasifikasikan mutasi virus yang terbukti menyebabkan penularan.

Mutasi virus bisa naik statusnya menjadi VOC jika terbukti memiliki tingkat penularan dan keparahan lebih tinggi serta menjadi ancaman pada mekanisme penanganan kesehatan.

"Mutasi itu sudah ada ratusan bahkan mungkin ribuan jumlahnya. WHO ada protokol standar, ada yang masuk VOI karena mereka ada potensi penularan dan tingkat fatalitasnya tapi masih dugaan. WHO akan teliti lebih dalam untuk strain baru yang masuk (klasifikasi) VOI," katanya.

Baca juga: Menkes sebut sosial budaya salah satu faktor pendorong perkawinan anak

Jika nanti terbukti bisa meningkatkan laju penularan atau fatalitas, varian tersebut akan masuk dalam klasifikasi VOC. "Ini yang diberitahukan kepada dunia agar diwaspadai," katanya.

Budi menambahkan untuk varian N439K hingga saat ini tidak masuk dalam klasifikasi VOI maupun VOC di WHO.

Baca juga: Menkes: Indonesia masih tertinggal dalam mendeteksi varian virus baru

 

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2021